Pelaksanaan akad pembiayaan murabahah pada produk renovasi rumah di Bank Jabar Banten Syariah KCP Cimahi

Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Pembantu Cimahi memiliki banyak produk, salah satunya murabahah yang diaplikasikan pada pembiayaan renovasi rumah yang disertai dengan akad wakalah. Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, penjual disyaratkan memberitahu harga pokok yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahan. Sedangkan Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari seorang pemberi kuasa (muwakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan renovasi rumah dan tinjauan fiqih muamalah tentang pelaksanaan akad murabahah pada pembiayaan renovasi rumah di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Pembantu Cimahi. Bertolak dari pemikirannya bahwa akad murabahah pada pembiayaan renovasi rumah ini, bank tidak memberikan barang kepada nasabah, akan tetapi bank memberikan uang dengan menggunakan akad wakalah sehingga nasabah dapat membeli barang yang sesuai dengan kebutuhannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang diperoleh berasal dari sumber data primer yang diambil dari hasil penelitian dan data sekunder diambil dari buku-buku, internet dan dokumen-dokumen. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Pertama, dalam pelaksanaan akad yang dilakukan pada pembiayaan renovasi rumah di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Pembantu Cimahi adalah dengan akad murabahah dimana bank memberikan uang kepada nasabah bukan barang, dengan alasan bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, sedangkan yang seharusnya adalah bank yang memberikan barang kepada nasabah bukan uang dan disertakan dengan bukti pembelian. Kedua, dalam objek akad disyaratkan tidak boleh akad atas barang yang tidak ada, jelas barangnya harus ada, barangnya hak milik penuh yang berakad, dapat dimanfaatkan dan dapat diserah terimakan, namun dalam pelaksanaanya akad murabahah dilakukan tanpa adanya barang, maka hal ini belum memenuhi syarat dan rukun murabahah. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang dibeli, jadi secara perinsip barang tersebut menjadi milik bank