Tradisi Upacara Saptonan: Studi pada masyarakat Desa Kertawangunan Kecamatan Sindangagung Kabupaten Kuningan

Kebudayaan menjadi identitas bangsa yang diimplementasikan melalui tradisi-tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi merupakan sistem yang menyeluruh, dalam kehidupan sehari-hari, istilah tradisi sering dipergunakan karena berkaitan dengan kebiasaan yang sudah melekat pada masyarakat. Namun istilah tradisi, secara umum dimaksudkan untuk menunjukan kepada suatu nilai, norma, dan adat kebiasaan yang terdahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosesi dan makna yang terkandung dalam tradisi Upacara Saptonan. Metode penelitian ini adalah kualitatif-deskriptif, dimana penelitian yang dilakukan langsung ke sumber data mengenai Tradisi Upacara Saptonan, kemudian dideskripsikan sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Teknik pengumpulan data dalm penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan analisis data. Rujukan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori kebudayaan dari E.B Tylor. Clifford Geertz dan Koentjaraningrat dengan menggunakan pendekatan antropologi sebagai pisau analisisnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam tradisi upacara saptonan terdapat 5 prosesi yang dilaksanakan yaitu: (1) Prosesi Babarit, (2) Prosesi Penjemputan Raja, (3) Prosesi Laporan Pupuhu Kademangan, (4) Prosesi Seba Raga dan (5) Prosesi Panahan dan Totombakan. Adapun makna tradisi upacara saptonan adalah (1) saptonan sebagai wadah ekspresi keagamaan, Jika dilihat dari segi keagamaan, tradisi upacara saptonan memiliki makna penerapan dari beberapa sunnah rasul diantaranya dalam saptonan ada Panahan/tombakan dan berkuda yang mana hal itu menjadi bagian dari sunnah rasul; (2) saptonan sebagai alat pengikat kelompok; Ketika upacara tradisi Saptonan masyarakat bergerombol datang untuk mengikuti dan menyaksikan prosesi tradisi upacara saptonan, hal ini menunjukan bahwa tradisi upacara saptonan ini bisa menjadi pengikat kelompok bahkan menjadi nilai solidaritas sosial. (3) saptonan sebagai benteng pertahanan kelompok, dalam hal ini upacara saptonan bermaksud untuk melindungi diri dan kelompok dari sentuhan bermacam-macam budaya modern yang pada umumnya ingkar (menyalahi) terhadap segala hal yang mereka pertahankan selama ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tradisi upacara saptonan merupakan tradisi yang dijaga dan dilestarikan secara turun temurun, dan di dalamnya terdapat norma, aturan, hukum dan adat istiadat yang dipegang tuguh oleh masyarakat Kuningan sebagai benteng pertahanan dari arus modernisasi dan westernisasi. Adapun dalam tradisi upacara saptonan ada relevansinya dengan nilai-nilai keagamaan dalam hal ajaran islam khususnya yang dianut oleh masyarakat. Karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mengajarkan agar kita bisa menjalin hubungan serta ibadah sosial yang baik dengan Tuhan dan sesama umat manusia. Termasuk bagaimana cara kita bisa mencintai tanah air serta bela negara serta memberikan pemahaman untuk selalu dan terus bersyukur atas karunia dan nikmat yang telah Tuhan berikan