HADIS, GERAKAN & POLITIK KEAGAMAAN: MENELAAH PERGESERAN PERAN ULAMA DALAM PEMILUATAS KH. MA’RUF AMIN

The involvement of ulama during elections is increasingly not only giving lectures, impressions and advice, but also providing "direct" positive support to leaders. In today's election issues can be seen increasingly experiencing a shift. For example, in the 2019 presidential elections, KH. Ma'ruf Amin as vice president. In particular, there are three formulations of the problem, namely: first, what is the role of the ulama during elections in Indonesia and its correlation with hadith? second, what is the profile and track record of KH. Ma'ruf Amin? third, what is the shape of the shift in the involvement of the clergy in the 2019 presidential elections? This paper uses qualitative research methods based on data sources obtained from books, journals, theses and media sites related to the same theme. In analyzing the research data, the researcher carried out three activities, namely data condensation, data presentation, and conclusion/verification which took place simultaneously. The results are, first, the role of the Ulama in bringing prosperity to the nation begins to roll in the presidential elections thus encouraging the political elite to "approach" the Ulama in order to form a "religious" image. Second, before serving as Vice President of the Republic of Indonesia, Ma'ruf Amin was a scholar with the positions of General Chair of the MUI and Executive Board of Nadhatul Ulama (PBNU). Third, the shift in the role of the ulema then went up one level when one of the Indonesian Islamic leaders, namely KH. Ma'ruf Amin was nominated as Joko Widodo's running mate in the 2019 presidential elections. During his candidacy, he also conveyed to santri in Indonesia that ulama can also be leaders.Keterlibatan para ulama pada saat pemilu kian lama tidak hanya memberikan ceramah, kesan maupun nasihat, namun juga memberikan dukungan positif “langsung” kepada pemimpin. Pada persoalan pemilu masa sekarang bisa dilihat semakin mengalami pergeseran. Sebagai contoh dalam pemilu-pilpres 2019, mengusung ulama KH. Ma’ruf Amin sebagai cawapres. Secara khusus, terdapat tiga rumusan masalah, yakni: pertama, bagaimana peran para ulama selama pemilu di indoensia dan korelasinya dengan hadis? kedua, bagaimana profil serta rekam jejak KH. Ma’ruf Amin? ketiga, bagaimana bentuk pergeseran dari keterlibatan ulama pada pemilu-pilpres 2019?. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif berdasarkan pada sumber-sumber data yang diperoleh dari buku, jurnal, skripsi/tesis dan situs-situs media yang berkaitan dengan tema sama. Dalam melakukan analisis atas data penelitian, peneliti melakukan tiga kegiatan yaitu kondensasi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan/verifikasi yang berlangsung secara bersamaan. Hasilnya, pertama, peran Ulama yang mensejahterakan bangsa mulai bergulir dalam pemilu-pilpres sehingga mendorong elite politik untuk “mendekati” para ulama agar dapat membentuk citra “keagamaan”. Kedua, sebelum menjabat sebagai Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin adalah seorang ulama dengan jabatan Ketua Umum MUI dan Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU). Ketiga, pergesaran peran ulama ini kemudian naik satu tingkat ketika salah satu tokoh Islam Indonesia yakni KH. Ma’ruf Amin dicalonkan sebagai pasangan Joko Widodo dalam pemilu-pilpres 2019 lalu. Selama pencalonan diri, beliau juga pernah menyampaikan kepada para santri di Indonesia bahwa ulama juga dapat menjadi pemimpin