KEARIFAN PUNCAK (AL-HIKMAH AL-MUTA’ALIYAH) PERSPEKTIF MULLA SADRA

Abstrak: penelitian ini membahas tentang “Kearifan Puncak (Al-Hikmah Al-Muta’aliyah) Perspektif Mulla Sadra”. Penulis tertarik meneliti judul ini karena untuk mengetahui apa itu Hikmah Muta’aliyah Mulla Sadra dan bagaimana kedudukannya dalam filsafat Islam. Karena masih banyak terjadi perdebatan antara agama dan filsafat atau akal dan wahyu setelah mendapat kritikan dari beberapa tokoh Islam tentang kedua hal tersebut yang disintesiskan dan itu salah satu penyebab kemunduran filsafat Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research). Data penelitian ini dikumpulkan melalui pembacaan teks dan selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dalam mazhab Mulla Sadra yaitu “Al-Hikmah Al-Muta’aliyah” atau kearifan puncak, ia mensintesiskan beberapa aliran dan ilmu dari tokoh sebelumnya dan kemudian disimpulkan dalam alirannya tersebut. Yaitu mazhab paripatetik yang dipelopori oleh Ibnu Sina yang mana aliran ini lebih condong kepada rasional dan mazhab iluminasi yang dipelopori oleh Suhrawardi dan fokus kepada intuisi atau wahyu. Nah, menurut Mulla Sadra dalam mencapai kearifan yang tinggi atau puncak, tidak cukup hanya menggunakan akal atau wahyu saja, tetapi juga harus disertakan dengan intuisi atau irfan. Jika dalam mencari kebenaran tanpa menggunakan wahyu maka tidak ada dasarnya dan jika tidak menggunakan akal, maka akan bisu. Maka dari itu wahyu dan akal sama pentingnya