PEMIKIRAN KH. HUSEIN MUHAMMAD TENTANG HADIS-HADIS POLIGAMI (STUDI TOKOH)

Praktek memahami hadis Nabi sudah ada sejak dahulu di mulai dari kemunculan hadisnya itu sendiri dari Rasulullah SAW yang mana jika suatu hadis yang tidak dapat dipahami oleh sahabat Nabi, maka mereka langsung bisa menanyakan kepada Nabi langsung. Begitupun seterusnya setelah Rasulullah wafat maka yang menjadi pusat untuk menanyakan maksud dari suatu hadis yang kurang dapat dipahami guna mencegah terjadinya kesalahpahaman dalam memahami hadis Nabi. Namun belakangan ini ada sebagian pihak yang memahami hadis-hadis poligami sebagai dalil bahwa poligami merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW oleh karenanya KH. Husein Muhmmad menjawab pernyataan tersebut didalam bukunya yang berjudul POLIGAMI SEBUAH KAJIAN KRITIS KONTEMPORER SEORANG KIAI, maka dari itu penulis tertarik meneliti geneologi pemikiran KH. Husein Muhammad dan implikasinya terhadap hadis-hadis poligami. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yakni peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang dialami subjek dalam kehidupan sehari-hari, Dalam penelitian tersebut peneliti terlibat dalam konteks, dengan situasi dan settting fenomena alami sesuai yang sedang diteliti. Setiap fenomena merupakan sesutau yang unik yang berbeda dengan lainnya karena berbeda konteksnya. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa hadis-hadis yang terdapat dalam buku KH. Husein Muhammad terdapat empat hadis tentang poligami, dari empat hadis tersebut penulis membaginya menjadi tiga tema yakni: 1) dua hadis pertama berkaitan dengan pembatasan jumlah istri; 2) hadis tentang penolakan poligami oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi thalib ra; 3) hadis tentang pandangan Aisyah terhadap ayat poligami. Kemudian dari pemikiran beliau tengang hadis-hadis poligami melahirkan 3 implikasi yakni: 1) dampak poligami bagi keluarga dan masyarakat; 2) poligami sebagai pintu darurat; 3) keadilan menjadi syarat poligami. Alhasil KH. Husein Muhammad dalam pemikirannya terhadap hadis-hadis poligami itu tidak serta merta membolehkan poligami hanya saja beliau memperketat persyaratan dalam berpoligami, sehingga ruang untuk melakukan poligami itu sempit bahkan tidak ada sama sekali dan juga poligami itu banyak menimbulkan mudhorat daripada manfaat sebab kemungkinan besar berpotensi akan ada banyak pihak yang dirugikan terutama dari pihak perempua