PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN QIRAATUL KUTUB PADA SANTRIWATI KELAS II MADRASAH SALAFIYAH V PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KRAPYAK YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2022/2023

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh santriwati yang masih merasa kesulitan dalam membaca kitab kuning dan pembimbing yang merasa bingung dalam menyampaikan materi pada mata pelajaran Qirāatul Kutub di kelas II Madrasah Salafiyah V. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran Qirāatul Kutub di kelas II Madrasah Salafiyah V Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, problematika yang muncul, serta upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian field research atau penelitian lapangan. Sumber data penelitian ini adalah seluruh santriwati kelas II Madrasah Salafiyah V yang berjumlah 24 orang dan pembimbing mata pelajaran Qirāatul Kutub yang berjumlah 5 orang. Metode pengumpulan data menggunkan wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data mennggunakan model Miles and Huberman, yakni pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil dari penelitian ini yakni : 1) Proses pembelajaran Qirāatul Kutub di kelas II Madrasah Salafiyah V dilakukan dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dengan dibagi menjadi 5 kelompok. 2) Problematika dalam pembelajaran Qirāatul Kutub digolongkan problematika linguistik dan nonlinguistik. Problematika linguistik meliputi kurang telitinya santriwati dalam membaca tulisan di kitab, santriwati belum mampu membedakan kalimat isim, fi’il, dan harf serta bentuk kata dari lafaẓ yang dibaca, belum mampu mentashrīf kalimat yang dijumpai dalam kitab yang dibaca, belum menguasai tanda i’rōb, kebingungan dalam membedakan jumlah ismiyah, fi’liyah, dan iḍāfah, serta belum mampu memahami penggunaan aksara Arab Pegon. Problematika nonlinguistik meliputi kurangnya motivasi dan minat belajar, terbatasnya ruang kelas dan meja kursi yang tersedia, pembimbing yang kurang kompeten, waktu belajar yang hanya satu kali dalam seminggu, dan anggota kelompok yang heterogen. 3) Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika linguistik yakni santriwati lebih teliti dalam membaca dan melafaẓkan kalimat serta perlu pembiasaan mentashrīf lafaẓ yang dijumpai dalam bab yang dibaca. Sedangkan upaya untuk mengatasi problematika nonlinguistik adalah menginovasi pembelajaran, memaksimalkan penggunaan ruang kelas, diadakan belajar bersama antar pembimbing, dan memaksimalkan waktu pembelajaran yang tersedia