Pengaruh gaya kepeminpinan terhadap motivasi dan kepuasan kerja karyawanstudi kasus pt. bf sukabumi

Salah satu tolok ukur keberhasilan suatu organisasi bisnis adalah perolehan keuntungan melalui aktivitas usaha. Perolehan keuntungan, perkembangan perusahaan yang secara kuantitatip dilihat oleh seorang ahli ekonomi tidaklah secara langsung diakibatkan oleh faktor-faktor ekonomi melainkan juga oleh penyebab lain yang lebih mendasar yang sering disebut faktor-faktor non ekonomi seperti psikologi, sosiologi, budaya. Atau dengan kata lain apa yang terlihat sebagai loncatan kuantitatip jika dilihat dari cara pandang ekonomi sebenarnya hanyalah suatu ungkapan terakhir dari suatu proses yang berkembang secara lambat dalam jangka waktu yang panjang jika dilihat dari segi sosial diantaranya nilai budaya, sikap manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan yang melingkupinya. Dalam kaitan dengan sikap manusia dalam organisasi maka hal yang penting adalah gaya kepemimpinan pihak manajer maupun penyelia dalam upaya mengalokasikan sumber daya dan mengerahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara memberikan motivasi sehingga mengakibatkan munculnya kepuasan kerja yang pada gilirannya disiapkan tumbuhnya produktivitas kerja. Terdapat dua gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan struktur inisiasi dan gaya kepemimpinan konsiderasi. Dua konsep gaya kepemimpinan ini diambil dari penelitian Universitas Ohio. Sedangkan untuk motivasi diambilkan dari Teori Kebutuhan Mc Clelland yaitu kebutuhan akan prestasi (n-Ach), kebutuhan akan kekuasaan (n-Pow) dan kebutuhan berafiliasi (n-Aft), disamping itu juga diteliti mengenai konsep kepuasan kerja. Secara ringkas dalam penelitian ini terdapat enam konsep yang hendak diteliti yaitu : Struktur Inisiasi, Konsiderasi, Prestasi, Kekuasaan, Afiliasi dun Kepuasan Kerja. Permasalahan yang muncul adalah : Bagaimana hubungan diantara konsep-konsep yang dipilih ? Seberapa kuat gaya kepemimpinan (struktur inisiasi dan konsiderasi) berpengaruh terhadap munculnya motivasi, dan seberapa kuat motivasi (kebutuhan akan prestasi, kekuasaan dan afiliasi) berpengaruh terhadap kepuasan kerja ? Motivasi manakah yang paling kuat berpengaruh bagi munculnya kepuasan kerja di tingkat manajemen maupun pelaksana ? Perumusan masalah tersebut pada hakekatnya merupakan cerminan bagi tujuan penelitian ini sehingga nantinya manajemen dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara mendorong motivasi yang pada akhirnya mendorong munculnya kepuasan kerja. Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia maka ruang lingkup penelitian ini hanya berlaku pada perusahaan yang diteliti yaitu PT.BF Sukabumi, namun tidak menutup kemungkinan untuk diadakan penelitian lanjutan di beberapa perusahaan sehingga kesimpulan yang berlaku dapat berlaku lebih luas. Hipotesa dan Model disusun sebagai langkah awal yang nota bene adalah pendapat sementara yaitu terhadap hubungan konsep-konsep yang dipilih yang didukung oleh teori-teori namun belum dibuktikan kebenarannya secara empiris. Upaya untuk membuktikan Hipotesa dan Model tersebut dilakukan dengan menyebar kuesioner pada PT.BF Sukabumi yang merupakan perusahaan pembibitan DOC (Day Old Chicken/anak ayam umur sehari). Kuesioner ditujukan baik tingkat manajemen maupun pelaksana. Mengingat konsep-konsep tersebut bersifat kualitatif upaya untuk mengkuantifisir dilakukan dengan mempergunakan Linkert Scale sehingga alat analisa statistik baik statistik deskriptif (rata-rata hitung, simpangan baku, nilai maksimal-minimal) maupun inferensial seperti korelasi dan regresi dapat digunakan. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1. Sebagai gambaran deskriptif terhadap indikator empiris masing-masing peubah yang diteliti diperoleh hal-hal sebagai berikut : • Gaya kepemimpinan baik struktur inisiasi maupun konsiderasi pada PT.BF Sukabumi ternyata kuat mewarnai perilaku manajemen. Hasil penelitian menunjukkan kedua gaya tersebut mempunyai skor yang tinggi, namun gaya kepemimpinan struktur inisiasi lebih kuat mewarnai prilaku manajemen dibanding gaya kepemimpinan konsiderasi. • Kebutuhan untuk prestasi maupun afiliasi mempunyai skor kuat ditunjukkan dengan skor rata-rata hitung yang tinggi; sedangkan untuk kebutuhan kekuasaan menunjukkan hasil yang cukup. • Terhadap konsep kepuasan kerja responden memberikan skor yang cukup. Hal ini mempunyai arti bahwa karyawan PT.BF Sukabumi cukup puas dengan jenis pekerjaan, beban kerja, lingkungan kerja maupun gaji yang diterima. 2. Hasil pengujian hipotesa, ditemui hal-hal sebagai berikut : • Terdapat hubungan yang cukup kuat antara konsep gaya kepemimpinan dan motivasi (r=0.508). Namun biia dipilah lebih jauh dorongan munculnya motivasi lebih dikarenakan pengaruh gaya kepemimpinan konsiderasi daripada gaya kepemimpinan struktur inisiasi. Hal ini berlaku baik untuk tingkat manajemen maupun tingkat pelaksana. Namun tidak berarti kuatnya gaya kepemimpinan konsiderasi mengakibatkan lemahnya gaya kepemimpinan struktur inisiasi, karena keduanya secara bersama-sama mampu memunculkan motivasi. Implikasinya adalah bahwa kedua gaya kepemimpinan tersebut diterapkan dalam aktivitas sehari-hari dalam perusahaan. • Pada tingkat manajemen Rsq=40.1% berarti 40.1% keragaman pada peubah motivasi dapat diterangkan oleh kedua type gaya kepemimpinan tersebut, sebaliknya pada tingkat pelaksana Rsq=27.3%. Hal ini berarti masih terdapat faktor-faktor lain (peubah-peubah lain) yang turut mempengaruhi motivasi yang belum diteliti dalam geladikarya ini. • Demikian pula antara peubah motivasi dan kepuasan kerja terdapat keeratan hubungan yang cukup baik (r=0.549). Hasil perhitungan menunjukkan untuk tingkat manajemen kepuasan kerja paling kuat dipengaruhi oleh kebutuhan kekuasaan (b=1.160), baru kemudian oleh kebutuhan prestasi (b=0.755). Sedangkan untuk peubah afiliasi sama sekali tidak mempengaruhi kepuasan kerja (b= -,052). Secara bersama-sama 69.8% keragaman pada peubah kepuasan kerja dapat diterangkan oleh peubah prestasi, kekuasaan dan afiliasi (R Sq=69.8%), sedangkan sisanya merupakan faktor-faktor lain diluar ke tiga peubah tersebut yang belum diteliti dalam geladikarya ini. • Sebaliknya pada tingkat pelaksana kepuasan kerja pertama-pertama ditentukan oleh afiliasi (b=687) baru kemudian prestasi (b=411) sedangkan peubah kekuasaan mempunyai pengaruh yang sangat kecil (b=0.058) sehingga dapat diabaikan. Rsq=28.8% berarti 28.8% keragaman pada kepuasan kerja dapat diterangkan oleh peubah prestasi, afiliasi dan kekuasaan, sedangkan sisanya merupakan faktor-faktor lain diluar ke tiga peubah tersebut yang belum diteliti dalam geladikarya ini. 3. Model determinasi motivasi yang didukung data empiris pada taraf kepercayaan ≤91% untuk tingkat manajemen maupun pelaksana, motivasi dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan struktur inisiasi, sedangkan model determinasi kepuasan kerja pada tingkat manajemen kepuasan kerja ditentukan oleh peubah kekuasaan dan prestasi (tidak termasuk peubah afiliasi). Sebaliknya pada tingkat pelaksana kepuasan kerja dipengaruhi oleh peubah afiliasi dan prestasi (tidak termasuk peubah kekuasaan) 4. Sebagai penutup saran-saran yang mempunyai implikasi teoritis maupun terapan dipaparkan dalam geladikarya ini. • Kemungkinan untuk dilakukan penelitian yang menjangkau populasi yang lebih luas sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat diberlakukan lebih luas, kemungkinan penambahan peubah--peubah baru yang diduga berpengaruh juga bagi munculnya motivasi dan atau kepuasan kerja serta pengurangan peubah-peubah yang dirasa tidak perlu sebagai misal dalam penelitian ini untuk tingkat manajemen peubah afiliasi bukanlah peubah yang berpengaruh bagi kepuasan kerja. • Saran yang bersifat terapan, bahwa gaya kepemimpinan baik struktur inisiasi maupun konsiderasi dapat diakukan bersamaan, perlunya jajaran manajemen atas diberikan kekuasaan yang lebih tinggi; sedangkan khusus untuk pelaksana bagian produksi agar gaya kepemimpinan yang bersifat struktur inisiasi dikurangi karena berpengaruh negatif terhadap motivasi