Teknologi Gempa dalam Arsitektur

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sangat merusak, dampak sampingannya juga sangat berbahaya, seperti tsunami, likuifaksi (liquefaction), tanah longsor, dan kebakaran. Oleh karena itu, cakupan teknologi gempa sangat luas meliputi usaha multidisiplin dari banyak cabang sains dan rekayasa dengan tujuan untuk mengontrol risiko terhadap gempa bumi, seperti terhadap aspek sosial dan ekonomi sampai taraf yang dapat diterima. Pembahasan dalam buku ini dibatasi hanya dari segi teknis saja yang mencangkup pengamanan bangunan terhadap keruntuhan yang diakibatkan oleh gempa buku. Materi yang bersifat teoritis hanya dibahas dasar-dasarnya saja, dan dibahas secara kualitatif. Buku ini ditujukan untuk mahasiswa arsitektur atau arsitek. Gempa bumi tidak memilih untuk merusak bangunan besar atau kecil, tinggi atau rendah. Ketika terjadi gempa bumi di Bali 1976, sebagian besar bangunan konstruksi pasangan bata runtuh, sedangkan bangunan-bangunan konstruksi kayu tidak runtuh. Ketika terjadi gempa di Meksiko 1985, bangunan yang lebih rendah runtuh, sedangkan bangunan yang lebih tinggi tidak runtuh. Mengapa hal-hal tersebut bisa terjadi, dan bagaimana teknologi gempa menawarkan pemecahannya merupakan materi yang dibahas dalam buku ini, seperti konfigurasi bangunan terhadap gempa bumi, sistem kontrol getaran gempa dengan pendekatan konvensional, sistem kontrol getaran gempa dengan pendekatan inovatif (dengan perangkat peredam), dan sistem kontrol getaran gempa pada bangunan tradisional/peninggalan dari beberapa negara Barat dan Asia, serta sistem retrofitting. Pengaruh teknologi gempa dalam arsitektur masuk dalam lingkup bahasan buku ini agar dapat membantu para mahasiswa arsitektur atau arsitek yang berminat untuk memanfaatkan pengetahuannya dalam mendesain bangunan ramah gempa, atau menggali idea desain dari pengetahuan yang didapat dalam buku ini