Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Stunting Balita di Puskesmas Songgon Kabupaten Banyuwangi.

Pendahuluan: Stunting adalah kondisi balita memiliki panjang atau tinggi badan kurang dibandingkan dengan usia yang sebenarnya. Dampak dari stunting pada balita salah satunya dapat meningkatkan angka kematian, menurunkan pengembangan, serta mengurangi produktivitas jangka panjang. Prevalensi stunting di dunia bahkan di Indonesia masih tergolong tinggi dan menjadi salah satu permasalahan gizi kronik pada balita yang masih sulit untuk diselesaikan. Tingginya kejadian stunting balita tidak terlepas dari peran seorang ibu, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu dan stunting pada balita. Tujuan: Menganalisis hubungan antara stunting balita dan karakteristik ibu di Puskesmas Songgon Kabupaten Banyuwangi. Metode: Desain penelitian menggunakan analitik cross sectional. Variabel independen yaitu karakteristik ibu yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, pengetahuan, frekuensi kunjungan ANC selama hamil, usia, perilaku pemberian makan dan paritas, serta variabel dependen yaitu kejadian stunting pada balita.\ud Sampel 78 ibu yang memiliki anak balita stunting. Instrumen penelitian ini menggunakan microtoise dan lembar kuesioner (Kuesioner wanita usia subur SDKI 2017, pengetahuan ibu, dan perilaku pola pemberian makan ibu). Analisis menggunakan chi-square. Hasil: Karakteristik ibu yang memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah pendidikan (p-value 0.048), sosial ekonomi (p-value 0.028), pengetahuan (p-value 0.042), frekuensi kunjungan ANC (p-value 0.017), dan perilaku pola pemberian makan (p-value 0.023), sedangkan yang tidak berhubungan meliputi pekerjaan (p-value 0.426), usia (p-value 0.455), dan paritas (p-value 0.161). Kesimpulan: Adanya hubungan karakteristik ibu meliputi pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan, frekuensi kunjungan ANC, dan perilaku pemberian makan dengan kejadian stunting balit