Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Lama Rawat Inap Pasien Covid – 19 Dengan Kormobid Hipertensi Di RSUD Dokter Soedarso, Kota Pontianak

Kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pertama kali terjadi di Wuhan, China pada Desember 2019. Kasus berkembang menjadi kondisi Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) yang terjadi karena adanya infeksi dari Corona virus. Corona Disease kemudian berkembang menjadi pandemi dunia. Kalimantan Barat berada di urutan ke – 6 dengan penambahan kasus terbanyak di Indonesia. Hipertensi adalah kormobid terbanyak dengan infeksi Covid – 19. Individu dinyatakan positif SARS-CoV-2 melalui pemeriksaan RT – PCR (reverse transcriptase polymerase chain reaction). Coronavirus Disease di kelompokkan menjadi beberapa kategori gejala yaitu ringan, sedang, berat, dan kritis. Angka kejadian covid-19 yang terus meningkat menyebabkan terjadinya krisis pelayanan kesehatan khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu fasilitas kesehatan yang tidak dapat dipenuhi adalah penyediaan tempat tidur bagi pasien – pasien yang harus menjalani rawat inap. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran untuk potensi sumber daya terhadap sistem pelayanan kesehatan yang ada dinegara – negara berkembang akan meningkat. Setiap rumah sakit memiliki peranan penting untuk mampu mengetahui kebutuhan di pelayanan rumah sakit, jumlah pasien yang memerlukan rawat inap, dan perkiraan berapa hari masa rawat inap yang akan dijalani oleh setiap pasien. Lama rawat inap pasien di rumah sakit adalah paramenter di fasilitas kesehatan untuk mengukur tingkat efektifitas suatu pelayanan di rumah sakit. Lama rawat inap pasien Covid – 19, rata – rata adalah 9 - 14 hari sampai dinyatakan sembuh (negatif dari Covid-19) atau > 2 bulan pada beberapa kondisi. Banyak faktor yang diyakini mempengaruhi lama rawat inap. Diantara faktor yang diprediksi mempengaruhi lama rawat inap adalah usia, jenis kelamin, CT – value, perubahan hasil hematologi (leukosit, neutrofil, limfosit, dan rasio neutrofil – limfosit), kelompok gejala klinis, dan komorbid. Lama rawat inap pasien Covid-19 dapat dipengaruhi oleh kualitas perawatan yang diberikan serta letak geografis suatu daerah akan berpengaruh terhadap pemberian kebijakan, sumber daya yang digunakan. Lama rawat inap Covid-19 yang terus meningkat dapat berpengaruh terhadap peningkatan beban dan biaya pelayan di kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti dapat merumuskan masalah terkait faktor – faktor yang mempengaruhi lama rawat inap pada pasien Covid-19 dengan komorbid hipertensi di RSUD Dokter Soedarso, Kota Pontianak? Jenis Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif, bersifat non – eksperimental dengan rancangan retrospektif. Sampel penelitian sebanyak 204 pasien dengan positif Covid-19 dan dirawat di RSUD Dokter Soedarso, Kota Kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pertama kali terjadi di Wuhan, China pada Desember 2019. Kasus berkembang menjadi kondisi Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) yang terjadi karena adanya infeksi dari Corona virus. Corona Disease kemudian berkembang menjadi pandemi dunia. Kalimantan Barat berada di urutan ke – 6 dengan penambahan kasus terbanyak di Indonesia. Hipertensi adalah kormobid terbanyak dengan infeksi Covid – 19. Individu dinyatakan positif SARS-CoV-2 melalui pemeriksaan RT – PCR (reverse transcriptase polymerase chain reaction). Coronavirus Disease di kelompokkan menjadi beberapa kategori gejala yaitu ringan, sedang, berat, dan kritis. Angka kejadian covid-19 yang terus meningkat menyebabkan terjadinya krisis pelayanan kesehatan khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu fasilitas kesehatan yang tidak dapat dipenuhi adalah penyediaan tempat tidur bagi pasien – pasien yang harus menjalani rawat inap. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran untuk potensi sumber daya terhadap sistem pelayanan kesehatan yang ada dinegara – negara berkembang akan meningkat. Setiap rumah sakit memiliki peranan penting untuk mampu mengetahui kebutuhan di pelayanan rumah sakit, jumlah pasien yang memerlukan rawat inap, dan perkiraan berapa hari masa rawat inap yang akan dijalani oleh setiap pasien. Lama rawat inap pasien di rumah sakit adalah paramenter di fasilitas kesehatan untuk mengukur tingkat efektifitas suatu pelayanan di rumah sakit. Lama rawat inap pasien Covid – 19, rata – rata adalah 9 - 14 hari sampai dinyatakan sembuh (negatif dari Covid-19) atau > 2 bulan pada beberapa kondisi. Banyak faktor yang diyakini mempengaruhi lama rawat inap. Diantara faktor yang diprediksi mempengaruhi lama rawat inap adalah usia, jenis kelamin, CT – value, perubahan hasil hematologi (leukosit, neutrofil, limfosit, dan rasio neutrofil – limfosit), kelompok gejala klinis, dan komorbid. Lama rawat inap pasien Covid-19 dapat dipengaruhi oleh kualitas perawatan yang diberikan serta letak geografis suatu daerah akan berpengaruh terhadap pemberian kebijakan, sumber daya yang digunakan. Lama rawat inap Covid-19 yang terus meningkat dapat berpengaruh terhadap peningkatan beban dan biaya pelayan di kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti dapat merumuskan masalah terkait faktor – faktor yang mempengaruhi lama rawat inap pada pasien Covid-19 dengan komorbid hipertensi di RSUD Dokter Soedarso, Kota Pontianak? Jenis Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif, bersifat non – eksperimental dengan rancangan retrospektif. Sampel penelitian sebanyak 204 pasien dengan positif Covid-19 dan dirawat di RSUD Dokter Soedarso, KotaKasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya pertama kali terjadi di Wuhan, China pada Desember 2019. Kasus berkembang menjadi kondisi Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) yang terjadi karena adanya infeksi dari Corona virus. Corona Disease kemudian berkembang menjadi pandemi dunia. Kalimantan Barat berada di urutan ke – 6 dengan penambahan kasus terbanyak di Indonesia. Hipertensi adalah kormobid terbanyak dengan infeksi Covid – 19. Individu dinyatakan positif SARS-CoV-2 melalui pemeriksaan RT – PCR (reverse transcriptase polymerase chain reaction). Coronavirus Disease di kelompokkan menjadi beberapa kategori gejala yaitu ringan, sedang, berat, dan kritis. Angka kejadian covid-19 yang terus meningkat menyebabkan terjadinya krisis pelayanan kesehatan khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu fasilitas kesehatan yang tidak dapat dipenuhi adalah penyediaan tempat tidur bagi pasien – pasien yang harus menjalani rawat inap. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran untuk potensi sumber daya terhadap sistem pelayanan kesehatan yang ada dinegara – negara berkembang akan meningkat. Setiap rumah sakit memiliki peranan penting untuk mampu mengetahui kebutuhan di pelayanan rumah sakit, jumlah pasien yang memerlukan rawat inap, dan perkiraan berapa hari masa rawat inap yang akan dijalani oleh setiap pasien. Lama rawat inap pasien di rumah sakit adalah paramenter di fasilitas kesehatan untuk mengukur tingkat efektifitas suatu pelayanan di rumah sakit. Lama rawat inap pasien Covid – 19, rata – rata adalah 9 - 14 hari sampai dinyatakan sembuh (negatif dari Covid-19) atau > 2 bulan pada beberapa kondisi. Banyak faktor yang diyakini mempengaruhi lama rawat inap. Diantara faktor yang diprediksi mempengaruhi lama rawat inap adalah usia, jenis kelamin, CT – value, perubahan hasil hematologi (leukosit, neutrofil, limfosit, dan rasio neutrofil – limfosit), kelompok gejala klinis, dan komorbid. Lama rawat inap pasien Covid-19 dapat dipengaruhi oleh kualitas perawatan yang diberikan serta letak geografis suatu daerah akan berpengaruh terhadap pemberian kebijakan, sumber daya yang digunakan. Lama rawat inap Covid-19 yang terus meningkat dapat berpengaruh terhadap peningkatan beban dan biaya pelayan di kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Berdasarkan fakta yang telah dijelaskan oleh peneliti, maka peneliti dapat merumuskan masalah terkait faktor – faktor yang mempengaruhi lama rawat inap pada pasien Covid-19 dengan komorbid hipertensi di RSUD Dokter Soedarso, Kota Pontianak? Jenis Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif, bersifat non – eksperimental dengan rancangan retrospektif. Sampel penelitian sebanyak 204 pasien dengan positif Covid-19 dan dirawat di RSUD Dokter Soedarso, Kota Pontianak. Data yang digunakan adalah data sekunder (rekam medik). Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui sebaran frekuensi dan karakteristik. Analisis bivariat menggunakan uji Spearman dan Eta Korelasi. Tahapan akhir analisis multivariat menggunakan uji regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis uji Spearman didapatkan bahwa ada hubungan antara usia dengan lama rawat inap (p= 0,000 r=0,255), leukosit dengan lama rawat inap (p=0,000 r= 0,513), neutrofil dengan lama rawat inap (p=0,000 r= 0,349), RNL (rasio neutrofil – limfosit) dengan lama rawat inap (p = 0,000 r=0,260), gejala klinis dengan lama rawat inap (p=0,000 r=0,592), dan kormobid dengan lama rawat inap (p= 0,000 r=0,300), sedang analisis hasil dengan Eta korelasi didapatkan jika ada hubungan antara jenis kelamin dengan lama rawat inap Ftabel < Fhitung = 3,89 < 8,14 (p < 0,05). Berdasarkan hasil dari pemodelan analisis regresi linier berganda menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap lama rawat inap yaitu usia dengan Standardized Coefficient Beta 0,266 dan p-value 0,000, leukosit dengan Standardized Coefficient Beta 0,335 dan p-value 0,000, gejala klinis Covid-19 dengan Standardized Coefficient Beta 0,601 dan p-value 0,000, dan kormobid dengan Standardized Coefficient Beta 0,211 dan p-value 0,02. Dari ke empat faktor tersebut faktor yang paling dominan yang mempengaruhi lama rawat inap di RSUD Dokter Soedarso adalah gejala klinis. Pemodelan akhir yang diperoleh yaitu Lama rawat inap = 1,066 + 1,400 (usia) + 2,196 (Jumlah leukosit) + 2,559 (gejala covid-19) + 0,656 (kormobid). Pemodelan tersebut memiliki makna etiap kenaikan dari usia sebesar 1 angka, maka dapat menaikkan lama rawat inap sebesar 1,400 yang dapat mengarah kepada penambahan hari rawat inap. Setiap kenaikan jumlah leukosit 1 [10^3/UL], maka dapat menaikkan lama rawat inap sebesar 2,196 yang dapat mengarah kepada penambahan hari rawat inap. Setiap kenaikan gejala klinis Covid – 19, maka dapat menaikkan lama rawat inap sebesar 2,559 yang dapat mengarah kepada penambahan hari rawat inap. Setiap kenaikan komorbid, maka dapat menaikkan lama rawat inap sebesar 0,656 yang dapat mengarah kepada penambahan hari rawat inap. Dari penelitian ini diperoleh hasil jika usia paling banyak terinfeksi covid-19 dengan hipertensi adalah usai 45 – 56 tahun. hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Illah (2020) yang menjelaskan jika usia 40 – 65 tahun lebih mudah terinfeksi hingga berkembang menuju kearah kematian. Penelitian sebelumnya juga menjelaskan pasien yang terinfeksi covid-19 lebih banyak diderita oleh laki – laki daripada perempuan. Pasein covid-19 mengalami perubahan hasil hematologi yang signifikan yaitu leukosit, neutrofil, rasio neutrofil – limfosit, tetapi tidak mengalami perubahan di hasil limfosit. Tingkat keparahan dari gejala klinis juga berpengaruh terhadap lama rawat inap yang akan dijalani oleh pasien covid-19 yang diikuti oleh komorbid hipertensi. Nilai Ct pada pasien yang terinfeksi covid-19 rata – rata berada pada nila < 29, akan tetapi nilai CT tidak memiliki hubungan (tidak berpengaruh) terhadap lama rawat inap yang akan dijalan oleh pasien covid-19 dengan hipertensi. Kesimpulan pada penelitian ini terdapat hubungan antara lama rawat inap dengan usia, jenis kelamin, leukosit, neutrofil, rasio neutrofil – limfosit, kelompok gejala klinis, dan kormobid pada pasein Covid-19 dengan hipertensi di RSUD Dokter Soedarso, Kota Pontianak. Tetapi tidak memiliki hubungan dengan perubahan limfosit dan nilai CT saat masuk rumah sakit. Adapun faktor yang paling dominan dari penelitian ini adalah kelompok gejala klinis yang dialami pasien covid – 19 dengan hipertensi. Perawat memiliki peranan penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan SOP dan berfikir kritis terhadap perubahan hasil pemeriksaan hematologi pasien yang dapat mempengaruhi lama rawat inap pasien Covid – 19. Saran dalam penelitian ini adalah diharapkan perawat akan lebih kritis terhadap perubahan hasil laboratorium, tingkat keparahan gejala klinis yang terjadi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat untuk mencegah terjadi perburukan prognosis