Analisis Risiko Operasional Pada Proses Produksi Gula Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Di PG Wonolangan

PT. Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) merupakan anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Holding PTPN III (Persero) dengan bisnis utama yaitu memproduksi gula. Salah satu unit kerja dari PTPN XI yang memproduksi gula adalah PG. Wonolangan Probolinggo. Proses produksi gula pada PG Wonolangan dibagi menjadi 5 stasiun kerja yaitu stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun kristalisasi, dan stasiun pengemasan. Pada musim giling PG. Wonolangan menjalankan proses produksi gula secara terus menerus (non-stop) sehingga dibutuhkan kondisi operasional produksi yang baik. Kondisi operasional sendiri mulai dari pengadaan bahan baku, material handling sampai dengan proses permesinan sampai menghasilkan gula produk dalam kemasan 50 kg. Namun PG. Wonolangan ditemukan permasalahan operasional yang ditandai dengan jumlah downtime yang masih tinggi dan berimbas kepada target produksi pada tahun 2021 yang tidak tercapai. Hal tersebut didukung dengan teridentifikasinya 17 risiko operasional yang kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui risiko yang diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Pada penelitian ini, menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA). Penggunaan metode FMEA dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada seorang responden yaitu Asisten Manajer bagian Teknik PG. Wonolangan dikarenakan Asisten Manajer memiliki pengetahuan yang luas terhadap permasalahan bagian produksi yang ada di PG. Wonolangan. Penyebaran kuesioner dengan melakukan penilaian terhadap risiko operasional yang ada dengan mempertimbangkan tingkat severity, occurrence dan detection lalu didapatkan hasil perhitungan RPN dengan melakukan perkalian terhadap 3 tingkat tersebut. Setelah mengetahui seluruh nilai RPN dari risiko yang ada kemudian menentukan risiko mana yang tergolong very high atau dengan nilai RPN diatas 200 berdasarkan tabel tingkat risiko. Risiko dengan tingkat very high dipilih untuk kemudian dapat dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan metode FTA untuk mengetahui akar penyebab permasalahan serta minimal cut set dari risiko yang ada. Hasil penelitian dengan metode FMEA, ditemukan bahwa terdapat 4 risiko dengan tingkat very high. Risiko tertinggi dalam penilaian FMEA adalah Stok Tebu Habis dengan nilai RPN 448. Untuk risiko dengan tingkat very high terendah yaitu kerusakan pada blower sulfitir dengan nilai RPN 224. Risiko-risiko tersebut kemudian dilakukan analisis dengan metode FTA untuk mengetahui penyebab permasalahan dan mengetahui minimal cut set untuk dapat dilakukan rekomendasi perbaikan sehingga kondisi operasional proses produksi gula pada PG. Wonolangan menjadi baik