engaruh Penambahan Serasah dan Kultur Mikroba Azotobacter Terhadap Kualitas Pupuk Organik Dari Feses Kambing

Pupuk organik merupakan jenis pupuk yang tersusun dari bahan organik dan membutuhkan waktu pengomposan yang relatif lama yaitu > 2 bulan, sehingga diperlukan penambahan dekomposer seperti kultur mikroba Azotobacter. Azotobacter merupakan salah satu aktivator yang berfungsi untuk mempercepat proses fermentasi, memperbaiki kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman, serta meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 November hingga 21 November 2022. Pembuatan pupuk organik dilakukan di Desa Bangelan, Kec. Wonosari, Kab. Malang, sedangkan uji kandungan unsur hara dilaksanakan di Laboratorium Tanah dan Tanaman Balitkabi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pupuk organik berbahan dasar feses kambing dengan proses pengomposan menggunakan kultur mikroba Azotobacter serta untuk mengetahui dosis penggunaan kultur mikroba Azotobacter yang terbaik dalam proses pengomposan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang penggunaan kultur mikroba Azotobacter dalam proses pengomposan. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah 400 kg feses kambing, 750 ml kultur mikroba Azotobacter, 9 liter molases, dan 30 liter air. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan 4 perlakuan yaitu T0 = 100 kg feses kambing + tanpa kultur mikroba Azotobacter, T1 = 100 kg feses kambing + 100 ml kultur mikroba Azotobacter, T2 = 100 kg feses kambing + 250 kultur mikroba Azotobacter, dan T3 = 100 kg feses kambing + 350 kultur mikroba Azotobacter. Data dianalisis secara deskriptif dengan variabel meliputi suhu, pH, kadar air, kadar C-organik, kadar N-total, rasio C/N, dan fosfor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kultur mikroba Azotobacter cenderung mempercepat proses pengomposan menjadi 7 hari dengan suhu kompos pada akhir pengomposan mendekati suhu tanah dan pH relatif pada kisaran netral. Hasil analisis laboratorium dari pupuk organik berbahan dasar feses kambing menunjukkan bahwa kandungan unsur hara meliputi kadar air, C-organik, N-total, rasio C/N, dan fosfor pada perlakuan yang diberi penambahan kultur mikroba Azotobacter lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. Kadar air pada T1, T2, dan T3 (64,10%, 67,00%, dan 60,10%) lebih rendah dibandingkan T0 (58,50%). Kadar C-organik pada T1, T2 dan T3 (31,36%, 33,90%, dan 29,56) lebih tinggi dibandingkan T0 (22,57%). Kadar N- total pada T1, T2, dan T3 (3,44%, 3,67%, dan 3,02%) lebih tinggi dibandingkan T0 (2,95%). Nilai rasio C/N pada T1, T2, dan T3 (9,11, 9,24, dan 9,80) dibandingkan T0 (7,56). Kandungan P2O5 pada T1, T2, dan T3 (0,65%, 0,73%, dan 0,41%) lebih tinggi dari T0 (0,35%.) Penambahan penambahan kultur mikroba Azotobacter sebanyak 0,0035% ml cenderung mempercepat pengomposan pupuk organik berbahan dasar feses kambing dan menghasilkan unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan kontrol. Masing- masing kandungan unsur hara pada T3 meliputi kadar air 60,10%, C-organik 29,56%, N total 3.02%, rasio C/N 9,80, dan P2O5 0,41%. Saran dari penelitian ini adalah penambahan kultur mikroba Azotobacter pada pengomposan pupuk organik berbahan dasar feses kambing sebaiknya 0,0035%