Faktor-faktor kesiapan rumah sakit menghadapi COVID-19 yang berpengaruh terhadap burnout perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD kota dan kabupaten Sorong

Pemerintah selaku regulator secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi kesiapan rumah sakit dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan menggunakan instrumen berupa daftar tilik kesiapan rumah sakit yang diadopsi dari Rapid Hospital Readiness checklist dari WHO. Adapun komponen-komponen dalam daftar tilik meliputi: kepemimpinan dan sistem manajemen insiden; koordinasi dan komunikasi; surveilans dan manajemen informasi; komunikasi risiko dan keterlibatan komunitas; administrasi keuangan dan kelangsungan bisnis; sumber daya manusia; lonjakan kapasitas; kesinambungan pelayanan pendukung yang penting; manajemen pasien; kesehatan kerja, kesehatan mental dan dukungan psikososial; identifikasi dan diagnosa cepat dan pencegahan dan pengendalian infeksi. Pandemi COVID-19 di Indonesia mengakibatkan peningkatan beban yang sangat berat terhadap sistem pelayanan kesehatan di tanah air, termasuk pada tenaga kesehatan. Resiko yang paling kasat mata adalah aspek keselamatan tenaga kesehatan terutama di lini terdepan, yang sangat rentan terpapar COVID-19 hingga berisiko mengancam keselamatan jiwa. Selain aspek keselamatan dan perlindungan dari infeksi, risiko lain yang juga sangat berpotensi mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pelayanan medis tenaga kesehatan kita adalah aspek kesehatan mental termasuk risiko burnout syndrome atau keletihan mental. Burnout merupakan kondisi kelelahan mental yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Terdapat tiga aspek dalam burnout yaitu kelelahan emosi (emotional exhaustion), depersonalisasi (depersonalization), dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri (personal accomplishment). Ketidaksiapan rumah sakit dalam pelayanan selama masa pandemi COVID-19 berdampak terhadap penurunan kualitas pelayanan. Perawat akan merasa terancam selama bekerja dilingkungan yang beresiko dengan lingkungan kerja yang kurang mendukung sehingga berpotensial memberikan dampak negatif terutama aspek kesehatan mental terkait resiko terjadinya burnout syndrome. Hasil wawancara tidak terstruktur dengan staf IGD di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong ruang instalasi gawat darurat saat terjadi lonjakan kasus pelayanan di IGD beberapa kali menutup layanan dikarena kapasitas lonjakan yang tidak memadai dengan menumpuknya pasien covid 19 yang di rawat di IGD dikarenakan fasilitas rawat inap dan fasilitas rujukan penuh, ruang triase COVID-19 masih satu pintu dengan pasin non COVID-19, alat pelindung diri untuk perawat IGD masih sangat terbatas sehingga petugas hanya mendapatkan 1 paket untuk 1 shift. Rumah sakit juga belum melakukan asesmen pelaksaanan Pemantauan dan Evaluasi Kesiapan Rumah Sakit. Perawat juga mengatakan mengalami kelelahan saat itu dan emosi yang tidak stabil saat memberikan pelayanan kesehatan namun metode pengkajian psikologis tenaga kesehatan belum di terapkan selama ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor kesiapan rumah sakit menghadapi COVID-19 yang berpengaruh terhadap burnout perawat di instalasi gawat darurat RSUD kota dan kabupaten Sorong. Dalam penelitian ini hanya 8 dari 12 faktor kesiapan rumah sakit yang di teliti yaitu kepemimpinan dan sistem manajemen insiden; koordinasi dan komunikasi; administrasi, keuangan dan kelangsungan bisnis; sumber daya manusia; lonjakan kapasitas; manajemen pasien; kesehatan kerja, kesehatan mental dan dukungan psikososial dan pencegahan dan pengendalian infeksi sedangkan 4 faktor yang tidak diteliti terdiri dari survailans dan manajemen informasi; komunikasi resiko dan keterlibatan masyarakat; keberlangsungan dukungan pelayanan esensial dan identifikasi dan diagnosa cepat karena perawat tidak berperan dalam pengisian ceklisnya. Metode yang digunakan merupakan penelitian kuantitatif menggunakan studi analitik deskripsi dengan pendekatan cross sectional. Lokasi viii penelitian di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dan RSUD John Piet Wanane Kabupaten Sorong. Jumlah responden sebanyak 30 perawat dari RSUD Sele Be Solu Kota Sorong dan 16 perawat dari RSUD John Piet Wanane Kabupaten Sorong dengan total sampel 46 responden dan pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data penelitian berlangsung pada bulan Juli 2022. Peneliti menggunakan dua kuesioner yang bersumber dari daftar tilik kesiapan rumah sakit yang diadopsi dari Rapid Hospital Readiness checklist dari WHO dan menggunakan Maslach Burnout Invantory-Human Services Survey (MBI-HSS). Teknik pengambilan data melalui pengisian kuesioner yang dibagikan menggunakan link google formulir. Hasil dan analisis data dilakuakan dengan analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik demografi responden dan analisis variabel independen berdasarkan nilai rerata, median, nilai minimal dan maksiamal sedangkan variabel dependen dengan data frekuensi dan persentase. Hasil analisis bivariat ditemukan ada hubungan faktor kepemimpinan dan sistem manajemen insiden terhadap burnout pada aspek emotional exhaustion dan personal accomplishment, faktor koordinasi dan komunikasi terhadap burnout perawat pada aspek emotional exhaustion, faktor administrasi keuangan dan kelangsungan bisnis terhadap burnout perawat pada aspek emotional exhaustion, depersonalization dan personal accomplishment, faktor sumber daya manusia terhadap burnout perawat pada aspek emotional exhaustion, depersonalization dan personal accomplishment, faktor kapasitas lonjakan terhadap burnout perawat pada aspek emotional exhaustion, depersonalization dan personal accomplishmen, faktor manajemen pasien terhadap burnout pada aspek emotional exhaustion dan depersonalization, faktor kesehatan kerja, kesehatan mental, dan dukungan psikososial terhadap burnout pada aspek emotional exhaustion dan personal accomplishment, dan faktor pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) terhadap burnout pada aspek emotional exhaustion dan personal accomplishment. Hasil analisis mulivariat menunjukan hasil rata-rata responden dengan burnout kategori tinggi sebanyak 63,76% sedangkan faktor kesiapan rumah sakit yang memiliki pengaruh kuat atau dominan terhadap kejadian burnout perawat di RSUD kota dan kabupaten Sorong adalah manajemen pasien terhadap aspek depersonalization dengan makna kenaikan 1% kesiapan rumah sakit menghadapi COVID-19 pada faktor manajemen pasien maka akan menurunkan burnout perawat di instalasi gawat darurat RSUD kota dan kabupaten Sorong sebanyak 14,329 %. Manajemen pasien meliputi sistem rumah sakit dalam penerimaan/rujukan, triase, diagnosis, pengobatan, alur dan pelacakkan pasien, pemulangan dan tindak lanjut serta layanan penunjang, kefarmasian, fungsi logistik dan perbekalan. Berdasarkan hal diatas, bahwa ketidaksiapan rumah sakit menghadapi COVID-19 pada faktor manajemen pasien akan berdampak pada beban kerja perawat yang berakibat pada kondisi fisik perawat yang menurun dan kelelahan. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya manajemen pasien dalam menentukan kuantitas beban kerja yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki perawat, ketidaksiapan rumah sakit menghadapi COVID-19 pada faktor manajemen pasien akan cenderung meningkatkan kejadian yang lebih berat akibat dampak dari kelelahan fisik dalam jangka waktu yang lama dan secara terus menerus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor-faktor kesiapan rumah sakit menghadap COVID-19 memiliki pengaruh terhadap burnout perawat. Manajemen pasien merupakan faktor dominan yang memiliki pengaruh kuat terhadap burnout perawat. Semakin baik kesiapan rumah sakit maka akan menurunkan kejadian burnout perawat di insatalasi gawat darurat RSUD kota dan kabupaten Sorong. Harapan peneliti hasil penelitian ini menjadi gambaran dan dapat dijadikan masukan bagi instansi terkait sebagai bahan evaluasi kesiapan rumah sakit menghadapi COVID-19. Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan untuk penanganan COVID-19 harus dibarengi dengan kualitas pelayanan yang baik dengan mengutamakan keselamatan petugas dengan meminimalisir kejadian burnout. Mengingat pandemi yang sulit untuk diprediksi maka untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, manajemen RSUD kota dan kabupaten Sorong juga perlu melakukan skrining kecemasan atau masalah psikologis terhadap tenaga kesehatan terutama perawat di instalsi gawat darurat