Monitoring Polusi Udara di Jalan Raya Berbasis IoT Menggunakan Sensor Gas Elektrokimia

Di Indonesia kendaraan bermotor meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Gas buang yang di timbulkan dari kendaraan bermotor tersebut menimbulkan polusi udara sebesar 70 sampai 80 persen, sedangkan polusi udara akibat industri hanya 20 sampai 30 persen saja. Kendaraan bermotor dianggap sebagai sumber utama dari pencemaran udara, karena menghasilkan gas CO (karbon monoksida), NO (nitrogen oksida), SO2 (sulfur dioksida), HC (hidrokarbon), NMVOCs (Senyawa Organik Volatil Non Metana), dan Partikulat. Masyarakat cenderung tidak mengetahui jika telah menghirup gas karbon monoksida, karena sifatnya tidak berwarna, berbau, dan berasa. Hal ini sering kali dirasakan oleh pejalan kaki, pengemudi sepeda, maupun pengemudi sepeda motor. Semakin tinggi konsentrasi gas CO yang terhirup oleh manusia maka semakin fatal resiko yang diterima oleh manusia tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berangkat dari permasalahan diatas, dilakukan penelitian untuk membuat alat monitoring polusi udara di jalan raya berbasis IoT menggunakan sensor gas elektrokimia. Sensor gas elektrokimia ini dapat digunakan untuk monitoring polusi udara di Surabaya, khususnya di jalan Arif Rahman Hakim dengan rata-rata kadar gas CO dan SO2 yang terdeteksi sebesar 39,54 ppm dan 10,35 ppm pada jam 07.00-08.00 WIB, dimana pada rentang jam tersebut masyarakat mulai melakukan aktivitas sehari-hari seperti berangkat ke kantor dan rata-rata kadar gas CO dan SO2 yang terdeteksi sebesar 39,72 ppm dan 10,38 ppm pada jam 17.00-18.00 WIB dimana pada rentang jam tersebut masyarakat mengakhiri aktivitas sehari-hari seperti pulang ke rumah. =============================================================================================================================== In Indonesia, motor vehicles increase in numbers every year. The exhaust from the motor vehicle causes 70 to 80 percent air pollution, while industrial air pollution is just 20 to 30 percent. The motor vehicle is thought to be a major source of air pollution, because it produces CO (Carbon Monoxide) gas, NO (Nitrogen Oxides), SO2 (Sulfur Dioxide), HC (Hydrocarbons), NMVOCs (Non Methane Volatil Organic Compounds), and Particulates. The public did not know that they were inhaling carbon monoxide gas, because it is colorless, odorless and tasteless. This is often the case with pedestrians, bicycle driver, and motorcycle driver. The higher concentrations of CO gas are inhaled by humans the more fatal the risk is to be accepted by humans, it can even cause death. From the problems above, research was done to create an air pollution monitoring device IoT based on the road using electrochemical gas sensors. Electrochemical gas sensors can be used to monitor air pollution in Surabaya, espsecially on the Arif Rahman Hakim road with an average amount of gas CO and SO2 39,54 ppm and 10,35 ppm at 07.00-08.00 WIB, at that hour people begin their daily activities like going to the office, and the average amount of gas CO and SO2 39,72 ppm and 10,38 ppm at 17.00-18.00 WIB, at that hour people end their daily activities like going home