Pemahaman Praktik Fact-Checking Journalism Para Pengecek Fakta Mengenai Berita COVID-19 di Liputan6.com

Survei Katadata Insight Center (KIC) bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta SiBerkreasi menunjukkan setidaknya 30% - 60% masyarakat terpapar hoaks dan 21% - 36% yang mampu mengenali hoaks. Produksi dan distribusi informasi palsu atau false information cenderung menjadi tantangan dalam praktik jurnalistik di masa kini. Dalam lingkungan informasi yang serba cepat dan gratis di internet dan media sosial, setiap orang bisa menjadi produsen pesan. Hal ini mengakibatkan banyak masyarakat sulit untuk membedakan mana informasi palsu dan bukan. Saat ini pers berperan dalam mengecek suatu kebenaran dari informasi sebelum disampaikan kepada masyarakat. Kegiatan ini biasanya disebut dengan fact-checking. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus Robert K. Yin. Peneliti menggunakan konsep Fact-checking dan Verifikasi dari UNESCO. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara dan studi dokumen. Penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana pemahaman praktik fact-checking mengenai Covid-19 yang dilakukan oleh para pengecek fakta Liputan6.com. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses fact-checking yang dilakukan para pengecek fakta melewati tiga tahapan yaitu menemukan klaim, menemukan fakta, dan mengoreksi catatan. Sedangkan pada tahapan verifikasi para pengecek fakta Liputan6.com biasanya melakukan penelusuran terhadap misinformasi mengenai berita Covid-19