Penerapan Kecerdasan Emosi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kelas VIII di SMPN 2 Walenrang Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu

ABSTRAK Juarni, 2013, “Penerapan Kecerdasan Emosi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kelas VIII di SMPN 2 Walenrang Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu.” Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Palopo. Pembimbing : Drs. Nurdin K., M.Pd. dan Hj. Fausiah Zainuddin, S.Ag., M.Ag. Kata kunci : Penerapan Kecerdasan Emosi dan Pendidikan Agama Islam. Skripsi ini membahas tentang penerapan kecerdasan emosi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Kelas VIII di SMPN 2 Walenrang Kecamatan Walenrang Kabupaten Luwu. Penelitian diarahkan pada dua fokus penelitian yakni : (1) Bentuk penerapan kecerdasan emosi pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Walenrang. (2) faktor-faktor yang dapat mendukung penerapan kecerdasan emosi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada kelas VIII di SMPN 2 Walenrang Kec. Walenrang Kab. Luwu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Walenrang dengan jumlah siswa 62 siswa, dipilih sampel sebanyak 30 siswa secara Purposive Sampling. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, kuesioner. Sedangkan teknik analisis data digunakan pendekatan model Milles and Huberman yang terdiri dari 4 aktivitas yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa : (1) Bentuk penerapan kecerdasan emosi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada kelas VIII di SMPN 2 Walenrang Kec. Walenrang Kab. Luwu yaitu penerapan metode keagamaan (religius) yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits yaitu pendekatan dengan metode Uswah (teladan) dan metode Mau’Isah (Nasehat). (2) Faktor-faktor yang mendukung penerapan kecerdasan emosi di SMPN 2 Walenrang adalah kemampuan guru dalam mengenal emosi diri (kesadaran diri) dan kemampuan memotivasi diri, serta sarana dan prasarana dan jumlah guru yang cukup memadai. Sedangkan faktor-faktor penghambat adalah kurangnya kemampuan guru dalam hal mengelolah emosi orang lain, serta kurangnya kemampuan guru dalam mengelolah emosi diri