TANTANGAN PENGELOLAAN DANA DESA SELAMA MASA PENDEMI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT(GAMPONG GUNONG KLENG KEC. MEUREUBO)

The purpose of this study is to look at the challenges in managing village fund allocations that aim to empower communities during the pandemic. The purpose of providing village funds by the central government to every village throughout Indonesia so that it can monitor and advance villages, especially remote villages. This research uses a qualitative method with a descriptive approach. This activity was carried out in Gunong Kleng Village, Meureubo District, West Aceh Regency by conducting observations, interviews and documentation to obtain data and information about village funds that researchers need. actively in the activities carried out and the village apparatus is more dominant in planning and implementing empowerment activities, which are prioritized for physical empowerment such as terracotta business, box culvert making, brick molding and ring wells While non-physical empowerment such as empowerment of prosperous families (PKK), posyandu, training for village officials has not been carried out optimally.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tantangan dalam pengelolaan Alokasi dana desa yang bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat di masa pendemi. Tujuan diberikan nya dana desa oleh pemerintah pusat pada setiap desa di seluruh wilayah Indonesia agar dapat memantau dan memajukan desa, terutama desa-desa terpencil. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kegiatan ini dilakukan di Gampong Gunong Kleng Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dengan melakukan observasi, wawancara, dan dekumentasi untuk mendapatkan data serta informasi tentang dana desa yang peneliti butuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh aparatur Gampong belum dilakukan secara transparan, penduduk kurang berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan yang dilakukan. Serta aparatur gampong lebih dominan dalam merencanakan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemberdayaan lebih diprioritaskan untuk pemberdayaan fisik seperti usaha teratak, pembuatan box culvert, pencetakan batako dan cincin sumur. Sementara pemberdayaan non-fisik seperti pemberdayaan keluarga sejahtera (PKK), posyandu, pelatihan bagi perangkat desa belum dilakukan secara maksimal