Rekognisi ḥadīṡ iftirāq dalam ruang multikultural

Riset ini menganalisis dua hal utama yakni bagaimana hadis iftiraq dijadikan alat untuk melegitimasi keberadaan kelompok lain, dan bagaimana reaktualisasi hadis ini dalam kehidupan multikultural. Dalam tujuan tersebut, riset ini menggunakan pendekatan fiqh al-ḥadīṡ yakni dengan model analisis deskriptif-hermeneutis terhadap hadis yang menjadi obyek riset. Sebagai temuan, riset ini menunjukkan dua hal. Pertama, konsep “Sesuai Nabi dan para sahabat” dan “al-Jamā‘ah” telah ‘ditarik’ untuk memonopoli konsep keselamatan sebuah kelompok keagamaan tertentu. Kedua, dalam konteks kehidupan multikultural, ḥadīṡ iftirāq perlu dilihat sebagai sebuah teks yang terkoneksi dengan teks-teks lain, yakni, al-Qur’an dan hadis lainnya. Dalam hal ini, perlu ada pembedaan antar prinsip dalam berkeyakinan dan prinsip hidup berdampingan. Prinsip berkeyakinan menjadi hal yang bersifat vertikal: manusia dengan Allah; sedangkan prinsip hidup berdampingan bersifat horizontal: manusia dengan lingkungannya. Prinsip ini berkonsekuensi pada pentingnya menjaga nilai-nila kemanusiaan dan lain-lain demi kehidupan yang damai, seimbang, dan harmoni