Pengelolaan Lahan Gambut Pada Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Yang Berwawasan Lingkungan : Minimalisasi Produksi Gas Co2

Perubahan iklim secara global terjadi karena adanya peningkatan kosentrasi gas di atmosfir seperti : karbondioksida (CO2), dinitrogen oksida (N2O), metan (CH4) dan hidrokarbon seperti (CFC) di atmosfir bumi, yang disebut dengan efek rumah kaca atau greenhouse gases Ekosistem hutan rawa gambut tropika adalah tempat yang paling efisien untuk menangkap dan menyimpan cadangan karbon (C), karena dalam ekosistem ini karbon tersimpan dalam tubuh tanaman yang masih hidup (biomasa) dan pada bagian tubuh tanaman yang mati, baik yang masih berdiri tegak ataupun yang tumbang termasuk ranting dan daun- daun yang gugur. Pembukaan lahan rawa gambut untuk pertanian dan perkebunan selalu diikuti dengan rusaknya sistem hidrologi dan menimbulkan permasalahan yang berhubungan dengan sifat fisik, kimia dan biologi tanahnya Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1). Mengetahui pola emisi CO2 dari perubahan penggunaan lahan gambut dari hutan rawa gambut menjadi hutan konservasi, semak belukar dan tanaman kelapa sawit umur 3, 4, 5 dan 6 tahun setelah tanam. (2). Mengetahui dampak pembuatan saluran drainase pada lahan gambut terhadap emisi CO2 pada jarak pengukuran ( 25, 50 dan 100) meter dari tepi saluran drainase, (3) Mengetahui pola emisi CO2 pada kedalaman tanah (0, 5,10, 20, 40 dan 80) cm, serta variabel-variabel lingkungan yang mempengaruhi terhadap besarnya emisi CO2 yang dilepas di areal perkebunan kelapa sawit di lahan gambut . Lokasi penelitian akan dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit PT. Nusantara Sawit Persada seluas ± 13.007,90 hektar yang berlokasi di wilayah administratif Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Pengambilan dan pengukuran sampel di mulai bulan Nopember 2016 sampai dengan bulan Desember 2017 selama 1 (satu) tahun. Pengambilan dan pengukuran gas CO2 menggunakan metode chamber oven dan close dan sistem pipa PVC (Toma and Hatano, 2007). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata emisi CO2 hutan konservasi : 358.46 ± 16.37 mg C m2 Jam1 , tanaman kelapa sawit umur 6 tahun: 333.45 ± 19.47 mg C m2 Jam1, tanaman kelapa sawit umur 5 tahun: 303.34 ± 50.05 mg C m2 Jam1, tanaman kelapa sawit umur 4 tahun: 247.63 ± 32.31 mg C m2 Jam1 , semak belukar :197.78 ± 17.25 mg C m2 Jam1, dan tanaman kelapa sawit umur 3 tahun: 147.66 mg C m2 Jam1. Pengaruh umur tanam kelapa sawit berbeda nyata pada semua umur 3,4, 5 dan 6 tahun terhadap rata-rata emisi CO2, sedangkan pengaruh jarak 25 m, 50 m dan 100 m dari saluran drainase tidak berbeda nyata pada semua umur tanam, namun variasi nilai emisi CO2 menurut jarak menunjukkan semakin jauh dari saluran drainase maka emisi CO2 semakin meningkat. Rata-rata kosentrasi CO2 pada permukaan tanah berbeda nyata terhadap tipe penggunaan lahan antara tanaman sawit umur 6 tahun berbeda dengan tanaman sawit umur 4 tahun namun tidak berbeda nyata dengan hutan konservasi. Pada kedalaman tanah -5 cm rata-rata kosentrasi CO2 tidak berbeda pada semua tipe penggunaan lahan. Pada kedalaman tanah -10 cm dari permukaan tanah rata-rata kosentrasi CO2 berbeda nyata terhadap tipe x penggunaan lahan antara tanaman sawit umur 6 tahun berbeda dengan tanaman sawit umur 4 tahun namun tidak berbeda nyata dengan hutan konservasi. Pada kedalaman tanah - 20 cm berbeda nyata hutan konservasi dengan semua umur tanaman sawit 4 dan 6 tahun. Tipe penggunaan pada kedalaman tanah -40 cm dan -80 cm dari permukaan tidak berbeda nyata terhadap rata-rata kosentrasi CO2. Sebaran tertinggi kosentrasi CO2 per kedalaman tanah pada hutan konservasi pada kedalaman -20 cm, tanaman kelapa sawit umur 6 tahun pada kedalaman -20 cm dan pada tanaman kelapa sawit umur 4 tahun kedalaman -40 cm dari permukaan tanah. Variabel lingkungan berpengaruh terhadap emisi CO2 secara parsial : tinggi muka air tanah, suhu tanah (0-4) cm, suhu tanah (0-10) cm, pH air tanah dan Ec air tanah. Pengelolaan hutan konservasi untuk minimalisasi produksi gas CO2, tinggi muka air tanah berkisar antara 32 – 35 cm, semak belukar berkisar antara 25 – 30 cm, tanaman kelapa sawit umur 3 tahun setelah tanam berkisar antara 30 – 35 cm, tanaman kelapa sawit umur 4 tahun setelah tanam berkisar antara 30 – 35 cm, tanaman kelapa sawit umur 5 tahun setelah tanam berkisar antara 35 – 40 cm dan tanaman kelapa sawit umur 6 tahun setelah tanam berkisar antara 25 – 30 cm Rata-rata kosentrasi kosentrasi CO2 pada hutan konservasi dari permukaan tanam sebesar 473.94 ± 41.67 ppmV, kedalaman tanah -5 cm sebesar 7861.11 ± 114.08 ppmV, kedalaman tanah -10 cm sebesar 8014.44 ± 289.93 ppmV, kedalaman -20 cm sebesar 7707.67 ± 261.58 ppmV, kedalaman -40 cm sebesar 7107.27 ± 515.31 dan kedalaman -80 cm sebesar 5754.07 ± 174.35 ppmV. Rata-rata kosentrasi kosentrasi CO2 pada tanaman kelapa sawit umur 6 tahun dari permukaan tanam sebesar 481.89 ± 29.23 ppmV, kedalaman tanah - 5 cm sebesar 7711.67 ± 171.23 ppmV, kedalaman tanah -10 cm sebesar 7631.11 ± 335.76 ppmV, kedalaman -20 cm sebesar 7450.56 ± 642.16 ppmV, kedalaman -40 cm sebesar 7218.18 ± 146.82 dan kedalaman -80 cm sebesar 4290.37 ± 332,01 ppmV. Rata-rata kosentrasi kosentrasi CO2 pada tanaman kelapa sawit umur 4 tahun dari permukaan tanam sebesar 456,67 ± 24.10 ppmV, kedalaman tanah - 5 cm sebesar 7411.11 ± 891.16 ppmV, kedalaman tanah -10 cm sebesar 6978.33 ± 175.84 ppmV, kedalaman -20 cm sebesar 6991.11 ± 488.23 ppmV, kedalaman -40 cm sebesar 6050.91 ± 717.51 dan kedalaman -80 cm sebesar 4042.96 ± 126.29 ppmV. Pengelolaan pada hutan konservasi untuk minimalisasi produksi gas CO2, tinggi muka air tanah antara 32 – 35 cm, semak belukar antara 25 – 30 cm, tanaman kelapa sawit umur 3 tahun setelah tanam berkisar antara 30 – 35 cm, tanaman kelapa sawit umur 4 tahun setelah tanam berkisar antara 30 – 35 cm, tanaman kelapa sawit umur 5 tahun setelah tanam berkisar antara 35 – 40 cm dan tanaman kelapa sawit umur 6 tahun setelah tanam berkisar antara 25 – 30 c