Manajemen Komunikasi Privasi Individu Transpuan di Indonesia sebagai Upaya Menghadapi Diskriminasi

Individu transpuan menerima tindakan diskriminasi setiap harinya. Diskriminasi yang dirasakan memiliki banyak tingkatan mulai dari yang berdampak minim seperti julukan bencong hingga yang membahayakan nyawa seperti pembunuhan. Pengalaman diskriminasi ini memicu individu transpuan untuk mengatur banyak strategi untuk memperoleh rasa aman. Tahapan pertama dari pemerolehan rasa aman adalah mengatur cara mereka berkomunikasi dengan masyarakat, terutama mengenai identitas gendernya. Salah satu cara mengatur komunikasi adalah dengan menggunakan manajemen komunikasi privasi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai manajemen komunikasi privasi transpuan terkait dengan identitas gender mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, dengan subjek penelitian terdiri dari lima orang transpuan di Jakarta. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik pattern matching atau penjodohan pola, yaitu hasil penelitian akan dicocokan dengan teori Manajemen Komunikasi Privasi dari Sandra Petronio, khususnya pada prinsip-prinsip teori sebagai pola acuan analisis data. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas transpuan merasa terbuka atas identitas gendernya. Identitas gender sudah tidak lagi menjadi informasi privat yang perlu diberi batasan oleh transpuan. Selain itu, para transpuan juga sudah melepas kontrol dan kepemilikan atas informasi perihal identitas gender mereka. Para individu transpuan mengatur beberapa cara dalam penyampaian dirinya kepada dunia luar untuk meminimalisir tindakan diskriminasi. Aturan yang dibuat oleh individu transpuan adalah menjaga diri mulai dari sikap, tutur kata, dan gaya berpakaian. Aturan-aturan ini digunakan agar para transpuan lebih bisa diterima di masyarakat dan mengurangi tingkat diskriminasi terhadap transpuan