FENOMENOLOGI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA TERHADAP PEREMPUAN DI KOTA BANDUNG

Pemerintah telah secara spesifik telah melakukan upaya untuk menghapus tindakan kekerasan dalam rumah tangga dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga Teteapi namun jika dilihat secara fenomena, fakta dan data kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandung seperti Kecamatan Kiaracondong menjadi salah satu wilayah dengan tingkat korban kekerasan dalam rumah tangga terbanyak. Pada periode 2020 terdapat 23 kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Kiaracondong, namun pada periode 2021 mengalami peningkatan jumalah kasus menjadi 25 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Berdasarkan latar belakang tersebut identifikasi masalah dalam skripsi ini perlindungan hukum bagi perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di Kota Bandung, kultur mempengaruhi kekerasan dalam rumah tangga di Kota Badnung dan upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk menghapus kekerasan dalam rumah tangga. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan spesifikasi deskriptif-analitis, yaitu metode penganalisaan terhadap bahan kepustakaan atau bahkan perundang-undangan yang dikaitkan dengan beberapa teori hukum yang menyangkut dengan permasalahan yang sedang dianalisa dengan metode pendekatan yuridis empiris dengan pendekatan fenomenologi yakni metode pendekatan yang menganalisis secara langsung objek atau subjek korban kekerasan sehingga data atau infromasi yang berkaitan dengan penelitian bersifat faktual. Tahap penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data yaitu studi kepustakaan yaitu berpacu pada buku, dokumen, dan undang-undang serta pengumpulan bahan sumber dari pelaku atau para pihak yang terlibat dalam permasalahn yang diteliti. Hasil dari Penelitian skripsi ini, perlindungan hukum bagi korban tindak kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, terbagi menjadi dua perlindungan hukum, pertama perlindungan hukum preventif seperti pemerintah berupaya untuk merumuskan sebuah kebijakan dalam upaya penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dan menyelenggarakan informasi atau komunikasi disertai edukasi tentang kekerasan dalam rumah tangga. Kedua perlindungan hukum refresif seperti setiap korban kekerasan dalam rumah tangga mendapatkan hak keamanan dan mendapatkan pendampingan hukum serta perlindungan rehabilitasi psikis dan social. Kultur atau budaya patriarki menjadi salah satu faktor yng mempengaruhi meningkatnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga selain faktor ekonomi dan status perkawinan. Upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghapus tindakan kekerasan dalam rumah tangga, terbagi menjadi dua upaya, yang pertama upaya preventif seperti melakukan penyuluhan serta edukasi terkait tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, yang kedua upaya refresif seperti penanganan perempuan dan anak sebagai korban kekerasan yaitu berupa konseling psikologis, shelter, kesehatan, hukum, rehabilitasi sosial, dan reintegrasi sosial. Kata kunci: KDRT, Fenomenologi, Perlindungan Huku