KONSEP MAHAR DALAM AL-QUR’AN: STUDI QS. AN-NISA’ AYAT 4 DENGAN PENDEKATAN MA’NA-CUM-MAGHZA

Penelitian ini akan meneliti tentang penerapan kadar mahar yang menjadi problem pada masyarakat saat ini, kadar mahar yang ditawarkan dengan jumlah yang tinggi salah satu penyebabnya yaitu karena orientasi adat dan kebiasaan. Permasalahan pada saat ini yakni tingginya mahar disebabkan karena paras, pendidikan, keturunan dan jabatan seorang perempuan. Karena kadar mahar tersebut terkadang menunda bahkan membatalkan pernikahan, baik dari segi minimal atau maksimal. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif. Dalam pembahasannya menggunakan pendekatan Ma’na>-cum-Maghza> merupakan penafsiran kontekstual yang di populerkan oleh Sahiron Syamsuddin. Ma’na>-cum-Maghza> secara umum dapat dipahami sebagai suatu teori yang menjelaskan tentang intepretasi makna, yang berupaya memahami makna atau maksud dalam sebuah teks. Ma’na>-cum-Maghza> memiliki 2 langkah yaitu: pertama, historis al-ma’na al-Ayah (pesan utama ayat yang sedang ditafsirkan. Kedua, Signifikansi fenomenal dinamis yang meliputi, menentukan kategori ayat, mengembangkan signifikansi fenomenal historis, menangkap makna-makna simbolik ayat al-Qur’an dan penafsir mengembangkan menggunakan perspektif yang lebih luas. pokok masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mahar dalam Qs. an-nisa>’ ayat 4 dengan pendekatan Ma’na>-cum-Maghza> yang dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu, bagaimana al-Ma’na> at-Tarikhi> dan al-Maghza> at-Tarikhi> mahar dalam Qs. an-Nisa>’ ayat 4? dan bagaimana signifikansi fenomenal dinamis makna mahar dalam Qs. an-Nisa>’ ayat 4?. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ma’na> dan maghza> mahar dalam Qs. an-Nisa>’ayat 4, makna mahar dalam Qs. An-nisa’ ayat 4 diartikan sebagai s}haduqa>t yang berarti ‘kebenaran’ karena mahar diawali dengan janji dalam kamus al-munawwir shidqu memiliki arti jujur, benar, kebaikan, keikhlasan dan kesungguhan, dan al-Maghza> at-Tarikhi mahar menyatakan bahwa mahar bukanlah hak dari ayah ataupun wali tetapi mahar adalah hak sepenuhnya seorang istri, yang tidak bisa diambil oleh suami ataupun wali tanpa izin dari seorang istri. Serta fenomenal dinamis mahar tidak boleh menyulitkan dan memberatkan kecuali atas dasar kesepakatan kedua belah pihak yang disertai kerelaan dan keikhlasan