Motivated Reasoning di Era Post-Truth: Studi Kasus Ketidakpercayaan Warganet terhadap Hasil Tempo Cek Fakta di Instagram tentang Vaksin Covid-19 dalam Microchip

Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap informasi berubah sejak era digital. Kini masyarakat mampu memproduksi dan mendistribusikannya melalui media sosial yang faktualitasnya perlu dipertanyakan. Selama pandemi Covid-19 berlangsung, banyak klaim yang beredar di masyarakat yang cenderung semakin menimbulkan kecemasan dan ketakutan, salah satunya ialah vaksin Covid-19 dalam microchip yang diciptakan oleh Bill Gates. Era post-truth, yang mana pendapat masyarakat tidak lagi dibentuk oleh fakta, semakin memberikan ruang bagi misinformasi. Sebagai media, Tempo Cek Fakta hadir di tengah masyarakat untuk memberikan penjelasan komprehensif terkait klaim yang telah diverifikasi. Namun, terdapat segelintir warganet yang justru menunjukkan ketidakpercayaannya pada media dengan menunjukkan sikap kontradiktif terhadap hasil cek fakta. Fenomena ini diperkuat dengan unggahan seorang drummer dari grup band Superman Is Dead, yakni Jerinx, di akun Instagram-nya terkait vaksin tersebut yang menanggapinya dengan teori konspirasi. Melalui jenis penelitian kualitatif eksplanatoris dan metode studi kasus, penelitian ini bertujuan untuk meninjau bagaimana sudut pandang warganet terhadap hasil Tempo Cek Fakta di Instagram terkait vaksin Covid-19 dalam microchip yang terbentuk berdasarkan konsep motivated reasoning. Motivated reasoning merupakan gagasan saat seseorang melihat suatu realitas berdasarkan keyakinannya. Untuk memperoleh hasil penelitian yang mendalam, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara. Hasil penelitiann menunjukkan bahwa warganet termotivasi untuk menjadi akurat dengan mengeksplor informasi dari berbagai sumber, terutama video konspirasi pada kanal Youtube FE 101. Video tersebut dinilai masuk akal dan membuat mereka merasa aman dibandingkan dengan hasil cek fakta Tempo yang menciptakan rasa cemas dan takut. Emosi yang dirsasakan tersebut membuat warganet kurang percaya dan memilih untuk mengurangi aksesnya pada pemberitaan yang disajikan oleh media