Novel Grafis Aku Kelabu: Membongkar Stigma Amoralitas Pekerja Seks

Komunitas LGBTQ+ terutama transgender di Indonesia sering mendapatkan persekusi berbasis orientasi seksual, identitas, dan ekspresi gender yang dianggap penyakit sosial. Terlebih adanya stigma buruk mengenai transgender dalam masyarakat. Minimnya perlindungan hukum yang melindungi kelompok transgender memperburuk keadaan transgender. Para transgender kesulitan dalam mendapatkan hak dalam mendapatkan pekerjaan, sehingga banyak transgender yang berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu, banyak transgender menjadi pekerja seks karena dianggap lebih mudah mendapatkan uang tanpa perlu pendidikan dan keahlian khusus. Kesejahteraan pekerja seks transgender makin buruk karena pandemi Covid-19, mereka kehilangan pelanggan. Dalam konsep feminisme liberal, transgender khususnya transpuan dianggap sebagai perempuan meski tidak memiliki atau dilahirkan dengan organ genital perempuan. Oleh karena itu, transpuan juga memiliki hak yang sama dengan gender lainnya seperti menentukan pilihan orientasi seksnya. Perubahan bisa terjadi jika anak muda lebih memahami bahwa transgender masih sama dengan gender lainnya. Format novel grafis menjadi salah satu cara yang baru dan menarik untuk generasi muda. Perpaduan teks dan gambar akan lebih mudah menjelaskan isu transgender. Meskipun produk jurnalistik multimedia sedang berkembang, eksistensi buku masih bertahan terlebih dengan adanya buku digital yang bisa diakses dengan gawai dan internet. Skripsi berbasis karya ini, bertujuan untuk membongkar stigma buruk pekerja seks transgender dengan mengisahkan kehidupan seorang transgender mantan pekerja seks yang kini aktif menjadi relawan kesehatan pengidap HIV/AIDS khususnya untuk para transgender melalui karya novel grafis yang diberi judul Aku Kelabu