Analisis Resepsi Kalangan Ibu Rumah Tangga terhadap Informasi Diduga Hoaks di Era Post Truth

Kemajuan teknologi dan arus deras informasi yang tidak dibarengi dengan literasi media, mampu menimbulkan kekacauan informasi. Penyebaran berita hoaks dan disinformasi berisi hasutan dan fitnah mampu memecah belah bangsa. Bersamaan dengan momen pemilu 2019, artikel hoaks pun semakin gencar disebarkan. Apalagi di era Post Truth, pengaruh emosional punya kekuatan untuk membentuk opini publik sampai mengalihkan fakta sebenarnya. Kebanyakan penyebar dari artikel hoaks melibatkan kalangan baby boomers atau kalangan orang tua yang kerap disebut dengan digital immigrant. Kemampuan mereka yang dianggap kurang mampu untuk melakukan literasi media, membuat mereka terjebak sebagai korban hoaks. Dalam hal ini ibu-ibu rumah tangga termasuk di antaranya yang paling sering menyebarkan berita hoaks di jejaring sosial WhatsApp yang dikenal memiliki ekosistem tertutup dan privat. Melihat fenomena tersebut, peneliti ingin mencari tahu bagaimana pemaknaan ibu rumah tangga terhadap hoaks tertutama tentang topik hoaks pilpres 2019 yang melibatkan Presiden Jokowi. Jokowi dipilih karena mendapatkan hoaks paling banyak dibanding pasangan lain dalam putaran pilpres 2019. Untuk mengetahui pemaknaan tersebut peneliti menentukan teori Encoding-Decoding Stuart Hall. Kesimpulan dalam penelitian ini menyebutkan dari sembilan informan terpilih memiliki posisi pemaknaan yang berbeda-beda, informan yang memilih Jokowi sebagian besar berada cenderung pada posisi oppositional reading. Sedangkan pemilih kubu Prabowo, sebagian besar lebih sering menjadi posisi dominant reading