Program Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani Melalui Lahan Uji Coba Di Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah destinasi wisata favorit wisatawan nusantara, karena menyuguhkan kekayaan nilai sejarah, budaya, serta alamnya. Destinasi wisata yang digemari adalah Gunung Merapi yang berada di Kabupaten Sleman karena menyuguhkan keindahan alam serta menyimpan potensi kesuburan. Potensi kesuburan alam di bawah gunung merapi dimanfaatkan pemerintah setempat untuk mengembangkan komoditas salak dan telah lama dikenal sebagai oleh-oleh khas bagi wisatawan. Kecamatan Turi merupakan salah satu penghasil salak terbesar dengan kontribusi >50% salak di Kabupaten Sleman. Harga salak yang baik saat itu membuat petani segera mengambil peluang itu dan serentak membuka lahannya untuk ditanami salak. Komoditas salak mulai menurun baik produktivitas lahan serta harga jualnya, pada tahun 2018 dengan harga Rp1.500-Rp2.000/kg. Kondisi ini semakin parah saat pandemi covid-19 yang menyebabkan permintaan salak turun drastis sejalan dengan penurunan wisatawan ke D.I. Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu solusi yaitu pemanfaatan lahan uji coba yang bertujuan agar petani Desa Bangunkerto Kecamatan Turi dapat bergotong royong dalam melakukan riset secara mandiri guna menemukan komoditas alternatif yang potensial pada lahan mereka selain buah salak. Metode yang digunakan dalam pemberdayaan ini adalah metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dimana dalam perencanaan kegiatan dilakukan secara bersama-sama dimulai mengkaji kondisi yang sedang terjadi, penggalian potensi serta peluang yang kemudian membuahkan rancangan program yang disepakati bersama, dikerjakan bersama dan sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan ini dilakukan bersama Kelompok Tani Sari Makmur pada lahan uji coba yang dikelola oleh PT Indmira. Adapun rancangan komoditas yang diuji cobakan antara lain adalah: jahe merah, jahe gajah, jahe emprit, sayuran hidroponik, akuakultur dan maggot. Berdasarkan komoditas tersebut ditargetkan agar ditemukan komoditas yang sesuai dan dapat dibudidayakan secara berkelanjutan baik aspek ekologi, ekonomi dan sosial sehingga dapat dijadikan percontohan bagi masyarakat pertanian sekitar lahan uji coba. Kegiatan diawali dengan melakukan diskusi dengan pihak terkait seperti tokoh masyarakat, KWT, poktan, perusahaan dan perangkat desa untuk mendapatkan formula terbaik sebelum eksekusi. Kegiatan pemberdayaan ini dilakukan dalam 2 periode yaitu saat magang kerja MBKM (Maret-Juni 2021) untuk komoditas jahe dan periode (Januari-Februari 2022) untuk komoditas sayuran hidroponik dan maggot. Hasil kegiatan pemberdayaan periode I menunjukan ii budidaya komoditas jahe memberikan hasil panen yang sangat baik pada jahe merah, jahe gajah cukup baik, sedangkan jahe emprit gagal total. Sehingga dapat kesimpulan bahwa varietas jahe terbaik untuk ditanam Desa Bangunkerto adalah jahe merah dan jahe gajah. Tingkat partisipasi KWT dinilai baik terbukti bahwa kegiatan budidaya jahe masih berlanjut sampai saat ini. Hasil pemberdayaan periode II didapati bahwa interupsi teknik budidaya sayuran hidroponik dapat diterima dengan baik serta berkelanjutan dalam proses budidayanya. Pada budidaya maggot ditemui kegagalan karena terjadi insiden tidak terkontrol yaitu hujan deras yang membuat maggot keluar dari tempatnya. Berdasarkan hal tersebut dibuatlah modul budidaya untuk setiap komoditas yang telah diuji cobakan agar dapat dipelajari kapan saja dan dapat menjadi buku pegangan untuk dikembangkan lebih jauh