Pergeseran Makna Wim

Kajian ini berupaya mengeksplorasi mekanisme wim sebagai ritual masyarakat adat suku Wendatabuni wilayah adat Lapago, Papua. Memang perjumpaan sosial budaya yang dinamis rentan terhadap potensi konflik, salah satunya berkaitan dengan hak kepemilikan misalnya dalam konteks masyarakat wilayah Pegunungan Tengah Papua. Wim dilakukan bukan untuk membasmi suku lain, namun wim itu dilakukan hanya mencari kebenaran. Adat wim yang dilakukan tidak bisa terjadi sembarang tempat dan tidak bisa untuk membunuh manusia lain, namun wim itu harus dilakukan ditempat yang sudah ditentukan dan berperang melawan musuh. Didalam peperangan anggota suku yang melakukan wim tidak bisa membunuh anak-anak dibawah umur dan perempuan terkecuali masyarakat yang menjadi lawan perang didalam lapangan perang. Wim itu berlanjut maka perdamaian yang dilakukan oleh Nduma untuk mendamaikan wim. Pandangan masyarakat adat wendarabuni bahwa wim yang dilakukan merupakan sebuah prosese untuk menyelamatkan hak-hak kepemilikan suku dari tetangga, untuk di pertahankan sebagai hak-hak kepemilikan suku. Wendatabuni sendiri mendefinisikan wim merpakan perang dengan peralatan senjata teradional, melawan musuh yang datang dari luar menyerang suku maupun menjaga hak-hak wilayah adat. Peneliti menggunakan Pendekatan konstruktivisme. Mengkostruksi makna Wim dalam masyarakat adat Lapago, khususnya Suku Wendatbuni sebagai mekanisme resolusi konflik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif dan eksplanatori. Penelitian ini berfokus pada wim sebagai resolusi koflin melainkan peneliaan terdahulu yang meneliti tentang kebiasan dan kehidupan dalam kepribadian ego didalam kepemimpinan suku atau Perang suku. Wim itu tidak bisa dilakuakn dengan alasan tertntu untuk memunculkan agar masyarakat adat melakukan wim namun, wim itu terjadi dan dilakukan hanya karena persoalan mempertahankan hak-hak kepemilikan maka wim itu terjadi anatara suku yang memperebutkan ha-hak wilayah adat