Monitoring Total Bakteri pada Tempe Angkak dengan Kemasan yang Terpisah

Kedelai merupakan bahan pangan berprotein nabati yang digunakan sebagai bahan dasar tempe. Kedelai juga memiliki sumber protein terbaik diantara kacang-kacangan lainnya. Tempe merupakan produk pangan tradisional yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Tempe merupakan sumber protein dengan harga terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Tempe mengandung 25% protein, 4% karbohidrat dan 5% lemak. Sebagai makanan fermentasi, umur simpan tempe sangat pendek karena dijual saat proses fermentasi masih berlangsung. Tempe hanya dapat bertahan selama 5 hari penyimpanan pada suhu ruang. Dengan demikian, distribusi tempe dalam jarak dan waktu yang panjang susah untuk dilakukan. Angkak merupakan hasil fermentasi dari beras dengan Monascus purpureus untuk menghasilkan warna merah. Pigmen angkak memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menjaga kualitas makanan dari oksidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi angkak dan teknik pengemasan tempe secara terpisah sebagai upaya menjaga kualitas tempe. Proses pembuatan dilakukan dengan penambahan variasi konsentrasi angkak 0% (tanpa angkak), 1%, 2%, 3%. Hasil pengukuran kadar protein menunjukan bahwa tempe yang ditambahkan angkak lebih tinggi dibandingkan kontrol. Konsentrasi angkak terbaik untuk mempertahankan kualitas tempe kedelai didapat pada perlakuan 2%, dimana kadar protein yang didapatkan terlihat stabil hingga 5 hari penyimpanan.Soybean is a vegetable protein food that is used as a base for tempeh. Soybeans also have the best source of protein among other legumes. Tempe is a traditional food product that is very popular with Indonesian people. Tempe is a source of protein at an affordable price for the people of Indonesia. Tempeh contains 25% protein, 4% carbohydrates and 5% fat. As a fermented food, the shelf life of tempeh is very short because it is sold while the fermentation process is still in progress. Tempeh can only last for 5 days of storage at room temperature. Thus, the distribution of tempe over a long distance and time is difficult to do. Angkak is the result of fermentation of rice with Monascus purpureus to produce a red color. Angkak pigment has antioxidant activity that can maintain the quality of food from oxidation. This study aims to determine the potential for Angkak and tempe packaging techniques separately as an effort to maintain the quality of tempe. The manufacturing process was carried out by adding variations in the concentration of Angkak 0% (without Angkak), 1%, 2%, 3%. The results of measuring protein levels showed that the tempeh added with Angkak was higher than the control. The best concentration of Angkak to maintain the quality of soybean tempeh was obtained at 2% treatment, where the protein content obtained was stable for up to 5 days of storage