Problematika arah kiblat makam lama dan makam baru : studi kasus komplek Makam Bergota Kota Semarang

Kewajiban yang ke empat terhadap jenazah ialah menguburkannya. hukum menguburkan jenazah adalah fardhu kifayah atas orang yang masih hidup. Dalamnya kuburan sekurang kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayit itu dari atas kubur dan tidak dapat dibongkar oleh binatang buas, sebab maksud menguburkan mayit ialah untuk menjaga kehormatan mayit itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada di sekitar tempat itu. Dalam kajian ilmu fikih, terdapat beberapa hal dan aturan tentang menguburkan jenazah seorang muslim yang disusun dan dirangkai sedemikian rupa menurut sunnah dan ajaran yang dilaksanakan dalam ajaran Islam. Di antara beberapa tuntunan dalam menguburkan jenazah, adalah memposisikan jenazah menghadap arah kiblat. Dengan dasar permasalahan tersebut, penulis mengangkat dua rumusan masalah. Pertama, Bagaimana sejarah berdirinya komplek pemakaman Bergota. Kedua, Bagaimana akurasi arah kiblat di komplek pemakaman Bergota dan Bagaimana akibat hukum terhadap makam tersebut. Setelah dilakaukan pengecekan melalui metode Rashdul Kiblat terjadi kemelencengan arah kiblat di makam tersebut. Kemelencengan makam tersebut berkisar antara 30 ( tiga Derajat) sampai dengan 360 (Tiga puluh Enam derajat). Dilihat dari kemelencengan arah kiblat pada komplek pemakaman TPU Bergota yang begitu jauh dari arah kiblat yang seharusnya itu sangat disayangkan. Sedangkan dalam syariat Islam jenazah muslim diharuskan bahkan ada yang mewajibkan menghadapkannya ke arah kiblat