A TANGGAPAN FISIOLOGIS DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI GOGO LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN

[PHYSIOLOGICAL RESPONSES AND YIELDS OF FOUR LOCAL GOGO RICE CULTIVARS OF CENTRAL SULAWESI TO DROUGHT STRESS]. Rice is the most important staple food for Indonesians and can be grown in dry land agroecosystems as an upland rice. The research was conducted to study the physiological mechanisms related to drought resistant schemes on four local upland rice cultivars of Central Sulawesi. Field research was carried out using factorial Completely Randomized Block Design (CRBD) with two factors and three blocks as replication. The first factor was four cultivars of upland rice, i.e., Habo, Hiwanggu, Sunggul, and Lambara; while watering intervals of once in one, two, four and eight days was considered as second factor. The observed variables of this experiment were soil moisture, relative water content of leaf, stomatal conductance, concentration of leaf carbon dioxide, transpiration rate, photosynthesis rate, and yield of grain per grove. The collected data were analyzed with regression using independent variables of soil moisture and dependent variables of relative water content on leaf, stomatal conductance, concentration of carbon dioxide on leaf, transpiration rate, photosynthesis rate and yield of grain per grove. The relationship among observed variables was determined using correlation analysis. The results showed that drought resistant upland rice cultivars (Habo and Sunggul) required less optimum soil moisture than those of non-drought resistant cultivars (Hiwanggu and Lambara) to maximize relative water content, stomatal conductance, carbon dioxide, transpiration rate and photosynthesis rate. Soil moisture contributions to maximum yield of grain per grove on Habo, Sunggul, Hiwanggu and Lambara cultivars were 23.41%, 23.00%, 27.14% and 26.67%, respectively. Penelitian bertujuan untuk mempelajari mekanisme fisiologis yang terkait dengan skema ketahanan kekeringan pada empat kultivar padi gogo lokal Sulawesi Tengah. Penelitian lapangan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dua faktor dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah empat kultivar padi gogo yaitu Habo, Hiwanggu, Sunggul, dan Lambara. Sedangkan faktor kedua adalah interval penyiraman yaitu satu hari, dua hari, empat hari, dan delapan hari sekali. Variabel yang menjadi fokus kajian adalah kadar lengas tanah, kadar air relatif daun, konduktansi stomata, konsentrasi karbon dioksida daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, dan hasil gabah per rumpun. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis regresi dengan variabel bebas adalah kadar lengas tanah sedangkan variabel tidak bebas adalah kadar air relatif daun, konduktansi stomata, konsentrasi karbon dioksida daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, dan hasil gabah per rumpun. Hubungan antar variabel pengamatan ditentukan dengan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kulivar padi gogo tahan kering (Habo dan Sunggul) memerlukan kadar lengas tanah optimum yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kultivar padi gogo tidak tahan kering (Hiwanggu dan Lambara) untuk memaksimalkan kadar air relatif, konduktansi stomata, karbon dioksida, laju transpirasi, dan laju fotosintesis.  Kadar lengas tanah yang menyebabkan hasil gabah per rumpun maksimum pada Habo, Sunggul, Hiwanggu, dan Lambara secara berurutan adalah 23.41%, 23.00%, 27.14%, dan 26.67%