Da’i antikorupsi: Pelatihan dakwah kultural pada Paguyuban Mubalig Prenggan, Yogyakarta

Paguyuban Mubalig Prenggan merupakan perkumpulan para da’i antikorupsi di bawah koordinasi Pimpinan Ranting Muhammadiyah yang mempunyai aset kultural seni karawitan. Peran da’i antikorupsi sangat dibutuhkan karena akhir-akhir ini korupsi dana Covid-19 semakin merajalela. Ironisnya, sejak pandemi Covid-19, kegiatan dakwah kultural antikorupsi Paguyuban Mubalig Prenggan justru berhenti total. Hal ini disebabkan oleh minimnya penguasaan teknologi digital untuk dakwah virtual. Tujuan program pengabdian masyarakat ini adalah meningkatkan keterampilan dakwah kultural secara virtual sebagai upaya pencegahan korupsi selama pandemi Covid-19. Pelaksanaan kegiatan menggunakan metode Participatory Action Research (PAR) dengan tiga tahapan, yakni analisis situasi terkini, kolaborasi rekacipta gending antikorupsi, dan pelatihan serta pendampingan dakwah kultural antikorupsi secara virtual. Hasil pengabdian masyarakat ini meningkatkan keberdayaan mitra pada tiga aspek. Pertama, mengaktifkan kembali dakwah kultural yang selama ini berhenti total. Kedua, penciptaan “Gending Dakwah Antikorupsi” sebagai bahan atau materi baru dalam latihan seni karawitan bernuansa dakwah Islam untuk pencegahan korupsi. Ketiga, peningkatan keterampilan penggunaan teknologi digital sebagai media dakwah virtual untuk menghindari kerumunan masa sekaligus menjangkau jamaah yang lebih luas. Peningkatan pemberdayaan masyarakat ini semakin menguatkan kelurahan Prenggan sebagai Desa Antikoruspi yang telah dipilih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak 2013. Program ini diharapkan juga berkembang secara terus-menerus sehingga mitra Paguyuban Mubalig Prenggan memiliki resiliensi dakwah antikorupsi selama Covid-19 yang tangguh. Keberhasilan program pengabdian masyarakat ini berimplikasi serius terhadap menguatnya sikap dan pengetahuan masyarakat tentang antikorupsi di tengah pandemi Covid-19