0AMPAK PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA :Studi Kasus tentang Pembelajaran Konsep Fungsi dan Turunannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bandung

Tujuan utama penelitian ini adalah menemukan profil kemampuan berpikir siswa SMU dampak penerapan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Untuk mencapai tujuan ini, studi selanjutnya mengkaji tiga fokus penelitian, yaitu kemampuan-kemampuan siswa setelah mengalami belajar dengan metode pemecahan masalah khususnya untuk bidang matematika, penerapan metode pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran di kelas, faktor-faktor pendukung dan kendalanya. Penelitian ini dilakukan dalam konteks sekolah di SMUN 5 Bandung, dan mengambil kasus pembelajaran subpokok bahasan fungsi dan turun annya. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk mengoptimalkan penerapan kurikulum 1994, khususnya dalam pembelajaran matematika di SMU. Data-data pada fokus penelitian ini digali dengan menggunakan metode kualitatif naturalistic Pengumpulan data dilakukan dengan teknik-teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis dilakukan sejak awal pengumpulan data lapangandengan cara mengidentifikasi satuan-satuan analisis, mengklasifikasikannya, dan menguji keabsahan data melalui triangulasi dan analisis kasus negatif. Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis tahap kedua dengan cara mengidentifikasi hubungan-hubungan yang ada atau yang mungkin ada antarkageori, membangun rangkaian logis, dan mengembangkan kerangka konseptual untuk memformulasikan profil kemampuan berpikir siswa. Hasil-hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, profil kemampuan berpikir siswa SMU dampak penerapan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika mencakup tiga kategori, yaitu kemampuan berpikir tingkat unggul, me nengah, dan asor. Kemampuan berpikir kelompok unggul (3,5 % dari informan) mencakup kemampuan-kemampuan berpikir integratif, kreatif, dan kritis; kemam puan berpikir kelompok menengah (65,7 % dari informan) mencakup kemampuan berpikir sistematis, logis, dan analitis; kemampuan berpikir kelompok asor (30,8% dari informan) mencakup kemampuan penguasaan, pemahaman, dan penerapan VI konsep dalam subject matter. Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bah wa penerapan metode pemecahan masalah dalam kehidupan kelas belum optimal, pelaksanaan pembelajaran belum terlaksana sesuai dengan rambu-rambu kurikulum yang dimuat dalam GBPP, Juklak dan Juknis. Faktor-faktor utama dalam proses pembelajaran di kelas (kurikulum, guru, dan sumber belajar) masih menjadi kendala daripada pendukung. Berdasarkan temuan-temuan di atas, penelitian ini selanjutnya merekomendasikan upaya-upaya optimalisasi penerapan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika kepada empat kelompok personal yang dianggap paling dekat dengan kegiatan pemasyarakatan kurikulum 1994. Keempat kelompok personal itu adalah pengembang kurikulum, penentu kebijakan penerapan kurikulum 1994 di tingkat proponsi (Kanwil dan Kandepdikbud), penentu kebijakan di LPTK, khusus nya pada jurusan matematika FPMIPA, dan para praktisi di tingkat sekolah (kepala sekolah dan guru-guru matematika di SMU)