Pengaruh Pemberian Larutan Salin terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo L.) pada Media Tanah Pasir Pantai

Melon merupakan komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat. Tanaman ini berpotensi menjadi produk unggulan di Indonesia. Peningkatan produksi buah ini diperlukan karena kebutuhan konsumsinya meningkat. Lahan pasir pantai di Indonesia belum digunakan secara optimal. Lahan ini memiliki tantangan seperti salinitas tanah tinggi, sumber air terbatas dan cukup besarnya angin yang mengandung garam. Penelitian ini bertujuan untuk membedakan respon pertumbuhan dan hasil tanaman melon dengan berbagai cara pemberian larutan salin, membedakan respon pertumbuhan dan hasil tanam melon pada berbagai konduktivitas listrik larutan, membedakan respon pertumbuhan dan hasil tanaman melon dengan berbagai frekuensi pemberian larutan salin, dan menjelaskan interaksi antara cara pemberian larutan salin, konduktivitas listrik larutan dan frekuensi pemberian larutan salin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Penelitian dilaksanakan di screenhouse dan Laboratorium Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto pada bulan Desember 2021 hingga Mei 2022. Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga faktor perlakuan dan tiga kali ulangan. Faktor pertama yaitu cara pemberian larutan salin (tanah dan udara), konduktivitas listrik larutan (0 dS/m, 9 dS/m dan 18 dS/m) dan frekuensi pemberian larutan salin (1 kali sehari, 2 kali sehari, 3 kali sehari). Analisis data penelitian menggunakan analisis ragam dan uji lanjut Duncan’s Multiple Range (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pemberian larutan salin melalui udara lebih menurunkan kadar klorofil, tinggi tanaman, bobot segar dan kering batang, serta jumlah bunga tetapi menaikkan kadar prolin hingga 1,54 µmol prolin/g. Konduktivitas listrik larutan 18 dS/m lebih menurunkan bukaan stomata, kehijauan daun vegetatif, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar segar dan kering daun, bobot segar batang, bobot segar buah, bobot kering buah, bobot segar tanaman sebesar 325,67 g secara linier dengan y = -10,358x + 515,69, bobot kering tanaman sebesar 35,20 g secara linear dengan y = -0,6164x + 46,55, jumlah bunga sebanyak 28,17 bunga dengan persamaan linear y = -0,2884x + 32,44 dan produktivitas sebesar 4,87 t/ha secara linear dengan persamaan y = -0,2184x + 8,8731 tetapi menaikkan kadar prolin hingga 1,97 µmol prolin/g dengan persamaan linear y = 0,0815 + 0,569. Frekuensi pemberian larutan salin sebanyak 3 kali sehari lebih menurunkan bobot segar tanaman sebesar 329,47 g secara linear dengan persamaan y = -126,44x + 675,35, bobot kering tanaman sebesar 37,23 g secara linear dengan persamaan y = -5,3233x + 51,653, diameter buah, bobot segar buah, bobot kering buah, dan produktivitas hingga 4,86 ton/ha secara linear dengan pesamaan y = -3,1216x + 12,79, tetapi meningkatkan prolin hingga 1,77 µmol prolin/g secara linear dengan persamaan y = - 0,4628x + 0,3767. Interaksi cara pemberian larutan salin melalui tanah dengan konduktivitas listrik larutan 18 dS/m memberikan nilai konduktivitas listrik tanah tertinggi sebesar 3,78 dS/m dengan persamaan secara liniear y = 0,138x + 1,0834. Interaksi konduktivitas listrik larutan 18 dS/m dengan frekuensi pemberian larutan salin 3 kali sehari memberikan nilai kehijauan daun generatif terendah yaitu 28,97 spad unit dengan persamaan linear y = -0,4549x + 34,456