Bioetanol from Nipa Fibrous Waste (Nypa fruticans) Using Variation of Enzimatic Hydrolysis Method

Nipa waste from the nira harvest is a fibrous waste that no further processed by the people of Sabak Auh Village, Siak. Even though it has the potential to use as spent-resources product. It has high economic value. The nipa waste content was lignin which can be processed to produce second generation of bioethanol. It is an alternative material to substitute or mixture of petroleum. Bioethanol made in several stages, sample preparation, pretreatment, hydrolysis, fermentation and purification using distillation process. The purpose of this study was to compare the enzymatic hydrolysis process and acid in producing high-purity bioethanol.  Hydrolysis process using white rot fungus extract  as an enzyme and 1.5 N HCl solution (acid) as a hydrolyzing agent. The fermentation stage was used Saccharomyces cerevisiae yeast to convert glucose into bioethanol. Based on the results of the research, the hydrolysis process using enzymes was better of hydrolysis in producing bioethanol rather than acid. The highest purity was 11.78%, while bioethanol produced from the acid hydrolysis process had a purity level of 3.4%.Ampas nipah yang dihasilkan dari pamanenan nira merupakan limbah berserat yang dibuang dan tidak di olah lebih lanjut oleh masyarakat Desa Sabak Auh, Siak padahal ampas nipah ini memiliki potensi yang mampu di olah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Adapun kandungan yang berpotensi tersebut adalah kandungan lignin yang ada didalamnya, lignin ini jika diproses menggunakan metode yang tepat mampu menghasilkan bioetanol yang merupakan bahan alternatif sebagai pengganti ataupun campuran dari bahan bakar yang berasal dari minyak bumi (biofuel). Bioetanol ini dibuat dengan beberapa tahapan yaitu preparasi sampel, pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan pemurnian menggunakan destilasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk membandingkan variasi yang digunakan pada proses hidrolisis (enzimatik & asam) dalam menghasilkan bioetanol dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Pada proses hidrolisis menggunakan ekstrak jamur pelapuk putih (enzimatik) dan larutan HCl 1,5 N (asam) sebagai agen penghidrolisis dan pada tahapan fermentasi digunakan yeast Saccharomyces cerevisiae untuk mengkonversikan glukosa menjadi bioetanol. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka proses hidrolisis menggunakan enzim merupakan variasi hidrolisis terbaik dalam menghasilkan bioetanol dengan kemurnian tertinggi yaitu 11,87% sedangkan bioetanol yang dihasilkan dari proses hidrolisis asam memiliki tingkat kemurnian sebesar 3,4%