Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis kelas V : Penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas V SDN Citarik Cicalengka

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa kelas V yang masih termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemberian tes sebelum menerapkan model pembelajaran di SDN Citarik. Hasil tes menunjukan bahwa kedua kelas masih dalam kategori rendah dengan nilai minimal adalah 0 sedangkan nilai maksimal yang didapatkan sebesar 30, adapun rata-ratanya yakni sebesar 15,75. Hasil tes menunjukan bahwa semua siswa termasuk kedalam kategori jelek. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran proses pembelajran pokok bahasan penyajian data dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pembelajaran yang menggunakan model Direct Intruction , serta untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada pokok bahasan penyajian data yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan pembelajaran yang menggunakan model Direct Intruction. Adapun hipotesis dari penelitian ini yakni terdapat perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Direct Intruction. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adala metode kuasi eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas V A sebagai kelas Eksperimen dan kelas V B sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes kemampuan komunikasi matematis secara tertulis dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Hasil penelitian yaitu 1) Kemampuan komunikasi siswa sebelum mendapatkan pembelajaran baik di kelas eksperimen maupun kontrol masih termasuk kedalam kategori rendah. 2) Aktivitas guru dan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Rata-rata aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 55% dengan kategori kurang, pertemuan kedua sebesar 70% dengan kategori cukup, dan pertemuan ketiga sebesar 80% dengan kategori baik. Sedangkan aktivitas siswa pada pertemuan pertama sebesar 45% dengan kategori kurang sekali, pertemuan kedua sebesar 60% dengan kategori cukup, dan pada pertemuan ketiga sebesar 75% dengan kategori baik. 3) Terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Direct Intruction