Konsep cinta dalam Al-Quran : Studi komparatif tafsir Al-Azhar dan tafsir Al-Maraghi

Penelitian ini di dasari oleh realitas yang memprihatinkan dan perlu perhatian khusus yaitu membahas tentang menata rasa cinta dalam kehidupan sehari-hari. Di zaman yang serba modern ini, begitu banyak informasi, tayangan-tayangan yang memperlihatkan kekerasan terhadap sesama manusia, ekploitasi alam yang bersifat destruktif tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dan cinta terhadap Tuhan seringkali di pelintir dan di politisasi oleh mereka-mereka yang mempunyai kepentingan golongan maupun pribadi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dalam teknis deskriptif – komparatif , dengan menekankan pada sumber tertulis terutama karya Buya Hamka dan Ahmad Mustafa Al-Maraghi. penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi dengan menerapkan beberapa analisis data, yaitu menentukan tema apa yang akan di teliti, mengidentifikasi aspek-aspek yang hendak diteliti, melakukan analisis serta membuat kesimpulan-kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Islam adalah agama cinta, bahkan di dalam Al-Qur’an tidak sedikit ayat-ayat yang membahas tentang cinta, baik itu cinta terhadap manusia, cinta terhadap sesama makhluk, dan cinta terhadap Tuhan. Ayat-ayat cinta dalam Al-Qur’an sangat tepat atas jawaban problem yang dikemukakan di atas. Dalam hal ini penulis melihat dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu antara Hamka dan Ahmad Mustafa Al-Maraghi guna mendorong penulis untuk mengemukakan bagaimana tafsiran mengenai ayat-ayat tentang cinta dalam Al-Qur’an. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan dan persamaan dalam menafsirkan ayat-ayat tentang cinta menurut kedua mufasir tersebut, akan tetapi tidak jauh berbeda hanya saja berbeda dari segi pemaparan dan gaya bahasa yang digunakan oleh kedua mufasir, terutama dalam penukilan hadits, penambahan keterangan maupun penggabungan ayat ketika menafsirkan. Hamka cenderung menggunakan bahasa puitisnya dan lebih terperinci memaparkan tafsirannya sedangkan Ahmad Mustafa Al-Maraghi memaparkannya dengan gaya bahasa yang ringkas dan lua