Isti’dzan dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi penafsiran Hasbi Ash-Shiddieqy dalam tafsir An-Nur

Pada zaman modern ini nilai-nilai moral dan keagamaan di kalangan masyarakat semakin menurun, hal tersebut diakibatkan karena adanya pengaruh dari budaya modern. Dalam agama Islam telah diatur mengenai etika dan sopan santun. Salah satu yang diajarkan agama Islam ialah mengenai etika meminta izin (isti’dzan). Namun sebagian orang kerap kali melupakan dan memandang remeh isti’dzan. Padahal sesuai tuntunan ajaran Islam, kita perlu untuk menerapkan adab dan etika disetiap situasi dan kondisi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana penafsiran ayat-ayat isti’dzan dalam Al-Qur’an menurut Hasbi Ash-Shiddieqy. Serta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi Hasbi Ash-Shiddieqy dalam penafsiran ayat-ayat isti’dzan dalam Al-Qur’an. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode content analysis melalui studi literatur. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer, yaitu Al-Qur’an, hadis, dan kitab Tafsir An-Nur karya M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Kemudian data sekunder yang yang digunakan berupa buku-buku, jurnal, artikel ilmiah, skripsi maupun tesis yang berkaitan dengan tema penilitian. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh ayat-ayat yang membahas mengenai isti’dzan sejumlah 12 ayat pada 3 surat. Dari 12 ayat tersebut dikategorikan kepada beberapa tema, yaitu mengenai etika bertamu, etika meminta izin dalam lingkup rumah tangga, etika meminta izin terhadap pemimpin ketika dalam suatu majelis, dan meminta izin untuk tidak ikut berjihad. Tiga tema pertama, ayat-ayat isti’dzan tersebut ditujukan kepada orang-orang mukmin, dan satu tema terakhir ditujukan kepada orang-orang munafiq. Dalam menafsirkan ayat-ayat isti’dzan Hasbi Ash-Shiddieqy dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dari madzhab penafsiran yang lebih cenderung pada fiqh, dan faktor adat kebiasaan masyarakat Indonesia