Kinerja anggaran belanja di Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Bandung

Keuangan daerah ialah salah satu aspek penting pada penyelenggaraan otonomi daerah, terutama perihal pengelolaaan keuangan daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Salah satu instansi daerah dilingkungan pemerintahan Kota Bandung yaitu Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah, dimana dalam melaksanakan tugas serta kegiatannya mendapatkan anggaran dari APBD Kota Bandung. Dalam mengevaluasi perihal penggunaan APBDnya apakah sudah secara ekonimis, efisien dan efektif salah satunya dapat dilihat dari sejauh mana organisasi tersebut telah menggunakan anggaran yang diberikan terhadap belanja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja anggaran belanja pada Dinas Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Bandung tahun anggaran 2018-2020 yang di tinjau dari analisis varians belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, dan rasio efisiensi belanja. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Mahmudi yang menuturkan bahwa berlandaskan informasi yang ada di laporan realisasi anggaran, kita dapat mengadakan analisis kinerja anggaran belanja diantaranya berupa analisis varians belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, rasio efisiensi belanja (Mahmudi, 2019). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data. Serta teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yakni teknik analisis data menurut Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Kinerja Anggaran Belanja di Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Bandung tahun anggaran 2018-2020 yang di ukur berdasarkan: 1) analisis varians belanja, belum dapat dikatakan baik walaupun adanya varians belanja dikarenakan adanya sisa anggaran ini terjadi bukan hanya karena ada efisiensi anggaran melainkan terjadi pula karena adanya kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan, adanya rencana anggaran kas yang tidak sesuai, dan adanya kesalahan kode rekening belanja. 2) analisis pertumbuhan belanja, menunjukan terjadinya pertumbuhan belanja yang negatif, dimana pertumbuhan realisasi anggaran belanja dari tahun ke tahunnya mengalami penurunan. 3) analisis keserasian belanja, menunjukan telah melakukan harmonisasi belanja, baik dari belanja operasi dan modalnya ataupun dari belanja langsung dan tidak langsungnya. 4) rasio efisiensi, dapat dikatakan baik dikarenakan telah melakukan efisiensi dimana hasil persentase rasio efisiensi pada setiap tahunnya kurang dari 100%