Persepsi masyarakat terhadap pembangunan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC): Penelitian di Desa Rende Kecamatan Cikalongwetan Kabupaten Bandung Barat

Pembangunan pada dasarnya diciptakan, bertujuan untuk kesehteraan kehidupan masyarakat. Pembangunan Infrastruktur dan transfortasi menjadi hal yang penting untuk memudahkan masyarakat dalam menjalankan aktifitasnya. Dalam prosesnya pembangunan bisa memberikan pengaruh sekaligus dampak bagi masyarakat, yang dapat memuculkan persepsi atau pandangan tersendiri baik postif mupun negatif. Ketika pembangunan berdampak buruk bagi masyarakat, maka akan meyebabkan berbagai permasalahan sosial, begitipun sebaliknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa point yang dirasa penting terkait persepsi masyarakat terhadap pembangunan Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC). Peneliti menginginkan mengetahui awal mula pembangunan KCIC di Kampung Dangdeur, dan mengetahui persepsi masyarakat Kampung Dangdeur terhadap pembangunan KCIC tersebut. Selain kedua hal itu, yang peneliti inginkan adalah mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pembangunan KCIC, serta upaya dan peran-peran yang dilakukan pemerintah desa setempat, untuk warga masyarakat yang terkena dampak pembangunan proyek Kereta Cepat Indonesia Cina. Berdasarkan sudut pandang sosiologi, penelitian ini mulai mengacu kepada teori dan kajian sosiologi yaitu persepsi dari teori interaksi simbolik secara ruang lingkup besar yang dikemukakan oleh Herbert Mead. Karena masyarakat memiliki persepsi yang berbeda dari apa yang dilihat dan dirasakan dampaknya. Adapun metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data, yakni menggunakan metode kualitatif. Peneliti cendrung dalam mengumpulkan data-data yakni waancara, observasi dan kajian pustaka oleh karena hal tersebut dapat dikaji secara mendalam, dalam mengumpulkan data. Pembangunan KCIC di Kampung Dangdeur Desa Rende, awal mula tahun 2018, yang diresmikan langsung oleh bapak presiden Jokowi Dodo. Adanya pembangunan KCIC, ini mendapat berbagai persepsi dari pemerintah maupun warga. Pemerintah berpresepsi bahwa adanya pembangunan ini dapat berdampak baik bagi warga, karena pertanahan warga dijual dengan harga yang mahal yaitu, 500.000 per meter. Selain itu dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga Kampung Dangdeur. Tetapi pada kenyataanya, pembangunan ini berdampak negatif bagi warga , yaitu terjadinya krisis air akibat pembaangunan terowongan. Oleh karena itu, warga sangat mengarpakan peran dai pemerintah Desa, dan pemerintah hanya berfokus ke AMDAL, Karena itu yang terpenting saat ini