Perencanaan program Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) dalam upaya meningkatkan kemakmuran Masjid

Masjid sebagai instrumen keagamaan. Bermula dari kesadaran sejarah bahwa masjid pada masa rasulullah tidak saja menjadi pusat kegiaatan keagamaan dalam arti ibadah mahdloh namun juga ibadah ghair mahdloh maka umat Islam ini mewarisinya dalam bentuk formulasi pengelolaan yang lebih modern. Dalam hal ini Masjid Al Muhajirin Kota Bandung, Jawa Barat termasuk ke dalam kategori masjid Jami’ karena digunakan untuk beribadah. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui unsur-unsur perencanaan program di Masjid Al Muhajirin dalam upaya meningkatkan kemakmuran masjid. Untuk mengetahui proses perencanaan program di Masjid Al-Muhajirin dalam upaya meningkatkan kemakmuran masjid. Untuk mengetahui hambatan dan solusi perencanaan program di Masjid Al Muhajirin dalam upaya meningkatkan kemakmuran masjid. Fungsi manajemen yang sangat penting yaitu perencanaan. Perencanaan adalah proses kegiatan yang rasional serta sistematik dalam menetapkan keputusan, kegiatan, atau langkah-langkah yang akan dilakukan dikemudian hari dalam usaha mencapai tujuan yang efektif dan efisien Perencanaan sangat penting dan ketepatan dalam prosesnya harus benar-benar jelas. Karena apabila proses manajemen kurang baik, maka proses-proses manajemen selanjutnya kemungkinan besar akan terganggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data melalui observasi, untuk membuktikan adanya Perencanaan Program dalam upaya meningkatkan Kemakmuran Masjid. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Masjid Al Muhajirin Bandung peneliti menyimpulkan 1) Perencanaan program terbagi menjadi tiga bagian, pertama, perencanaan jangka pendek. Kedua, perencanaan jangka menengah ketiga, perencanaan jangka panjang. 2) Proses perencanaan dilaksanakan tiga bulan sekali yang di laksanakan di ruang rapat DKM, 3) Hambatan atau kendala Masjid al Muhajirin yaitu Program yang sudah direncanakan tidak terealisasi, Ada kekhawatiran dengan anggaran yang tersedia, kurangnya kesadaran masyarakat seolah-olah masjid sudah menjadi tempat umum yang bisa di pergunakan kapan saja dalam kondisi apa saja