Analisa Hermeneutika Jurgen Habermas terhadap kisah nabi Musa as dalam al-Quran

Kisah nabi Musa merupakan salah satu model yang terdapat di dalam al-Qur’an untuk dijadikan sebuah ibrah. Kisah ini sudah tidak asing di kalangan masyarakat, karena berbagai mukjizatnya telah di abadikan sampai saat ini. Namun, kebanyakan masyarakat belum memahami lebih dalam mengenai beberapa hal yang termuat dalam kisah tersebut. Dengan melalui pendekatan hermeneutika teori kritik Jurgen Habermas mampu mengupas sebuah teks guna untuk memahami lebih dalam tentang kritik sosial yang terdapat pada kisah nabi Musa as., dalam al-Qur’an yang bertumpu pada empat gagasan tindakan dan komunikasi, diantaranya: tindakan dan komunikasi teleologis (bertujuan), normatif (mengikuti sistem), dramatugik (kepura-puraan), dan komunikatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan jenis data pendekatan kualitatif. Yaitu mendeskripsikan lalu menganalisis. Sumber primer yang digunakan adalah kitab Tafsir dan buku hermeneutika Jurgen Habermas sedangkan sumber sekundernya adalah buku-buku dan jurnal yang terkait dengan penelitian. Hasil dari penelitian ini, dapat ditemukan adanya tindakan dan komunikasi kritik sesuai dengan teori Jurgen Habermas yang terdapat pada kisah nabi Musa dalam al-Qur’an, diantaranya: (1) tindakan dan komunikasi nabi Musa dengan orang Qibthy terdapat pada QS. Al-Qashash[28] 15-21 termasuk kepada teleologis dengan kritik tirani, (2) tindakan dan komunikasi nabi Musa dengan Fir’aun pada QS. Asy-Syu’ara[42] 18-22 termasuk kepada dramatugik dengan kritik tirani, (3) tindakan dan komunikasi nabi Musa dengan para ahli sihir pada QS. Thaha[20] 64-73 termasuk kepada komunikatif dengan kritik tirani, (4) tindakan dan komunikasi raja Fir’aun dengan mentri Haman pada QS. Al-Qashash[28] 38 termasuk kepada dramatugik dan teleologis dengan kritik kerabat yang menjerumuskan, (5) tindakan dan komunikasi raja Fir’aun dengan para pengikutnya pada QS. Al-A’raf[7] 133-136 termasuk kepada dramatugik dengan kritik tirani, (6) tindakan dan komunikasi Bani Israil pada QS. Al-Baqarah [2] 58-59 termasuk kepada normatif dengan kritik mental terjajah, dan (7) tindakan dan komunikasi nabi Musa dengan Bani Israil pada QS. Al-Baqarah[2] 67-73 termasuk kepada teleologis dengan kritik kerabat yang menjerumuskan