Hadis hijrah dengan pendekatan sufistik : Studi tematik dalam Kitab shahih bukhari

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki penganut agama Islam. Istilah hijrah bukanlah sesuatu yang asing. Dalam sejarah Islam, hijrah adalah peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dengan para sahabatnya dari mekah ke madinah. Namun, istilah ini sering sekali digunakan oleh kaum muslim yang baru mengenal islam dan ingin memperdalam agamanya. Hijrah secara Bahasa artinya berpindah atau menuju kebaikan untuk menjadikan diri menadi lebih baik, dan secara istilah hijrah dapat diartikan meninggalkan suatu tempat ke tempat yang lain. Biasanya dikaitkan dengan peristiwa Nabi SAW dan para sahabat hijrah dari mekah ke Madinah. Bahwa dengan adanya peristiwa hijrah menjadi dasar permulaan hijrah bagi umat Islam. Peristiwa hijrah pula dapat dikaitkan dengan bagaimana seorang sufi dalam pencapainnya menuju ma’rifatullah dengan berbagai maqamat dan ahwal yang dijumpai dalam perjalananya. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahaman hijrah menurut orang-orang sufi. Dikaitkan dengan tahapan-tahapan yang ditempuh oleh ahli sufi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data dari pengkajian kepada literature hadis nabi dan tasawuf serta bahan kepustakaan lainnya. Hasil penelitian yang diperoleh dari hadis hijrah dalam shahih bukhari serta beberapa pengumpulan data yang disebutkan sebelumnya menunjukan bahwa makna hijrah pada zaman dahulu dapat dikontekstualisasikan yang berarti meninggalkan segala sesuatu yang buruk. Seperti hal nya dilakukan oleh seorang sufi yakni takhali (mengkosongkan dari perbutan-perbuatan tercela) seperti riya, ujub, takabur, sum’ah dan sebagainya. Hijrah disini yakni menjauhi dari segala kemaksiatan, kondisi yang tidak kondusif menjadi kondisi yang lebih baik, seperti hal nya para sufi pada tahap takhalli (mengisi dengan akhlak-akhlak yang terpuji) seperti taubat, zuhud, sabar, ridho. Hingga pada akhirnya dalam perjalanan menuju seorang sufi yakni ma’rifatullah adanya keadaan (ahwal) syauq dan mahabbah terhadap tuhan. Sampai seseorang benar-benar meyakini akan dirinya seorang hamba tuhan yang Maha Segalanya, dirinya sudah diserahkan kepada tuhan. Dalam hal ini pemaknaan hijrah sangatlah berbeda dari hijrah pada zaman dahulu yang bersifat kontekstual saja yakni berpindah tempat. Dalam permasalahan ini penulis berfokus kepada pemahaman hijrah bagi orang-orang sufi