Pengasingan tokoh-tokoh Nasionalis ke Boven Digoel pada masa pergerakan nasional tahun 1927-1943

Penelitian ini membahas mengenai praktik pengamanan politik yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, salah satunya adalah dengan mengamankan para “pemberontak” dan tokoh-tokoh yang ikut serta dalam partai politik maupun berbagai organisasi yang dianggap sangat mengancam berjalannya pemerintahan dan mereka dianggap sebagai kelompok yang merusak ketertiban dalam masyarakat. Dengan mengambil topik pembahasan kamp pengasingan Boven Digoel. Mulanya wilayah ini merupakan hutan yang lebat dan memiliki suku asli (Kaya-kaya) yang masih buas. Kapten Becking beserta rombongannya adalah orang pertama yang menempati kamp pengasingan Boven Digoel pada tahun 1927. Baik ketua maupun anggota organisasi-orgasisasi seperti PKI, PARI, PNI, PARTINDO, dan yang lainnya ditangkap oleh pemerintah Belanda. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang didirikannya kamp serta kondisi di kamp Boven Digoel dan untuk mengetahui siapa saja tokoh dan penyebab diasingkan ke wilayah Boven Digoel dan pengungsian ke Australia. Adapun metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian sejarah yang memiliki beberapa langkah yaitu; heuristik (pengumpulan sumber), kritik (verifikasi sumber), interpretasi (penafsiran sumber), dan historiografi (penulisan). Kesadaran masyarakat untuk merdeka mulai terjadi pada tahun 1908 pada tahap ini masyarakat menghimpun kekuatan melalui organisasi-organisasi, perjuangan dilakukan terorganisir. Organisasi komunis pertama kali didirikan pada tahun 1915 organisasi tersebut adalah Indisch Social-Democratische Vereniging kemudian diubah menjadi PKI. Pemberontakan pertama terjadi di Banten dan Sumatra Barat pada tahun 1926-1927 yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia, akibat adanya keharusan dari pemimpin PKI di pertemuan Prambanan unutk melakukan gerakan revolusi rakyat. Sutan Syahrir diasingkan karena terlibat dalam beberapa organisasi yang dianggap radikal dan berbahaya bagi pemerintah Belanda seperti Pendidikan Nasional Indonesia. Syahrir pun pernah ditangkap atas tuduhan pelanggaran pers dan keterlibatannya dalam pemberontakan kapal perang zeven. Muh.Hatta diasingkan karena keanggotaannya dalam organisasi Perhimpunan Indonesia, di Den Haag Hatta ditangkap dengan beberapa kawan PI, dan di Bukittinggi ketika sedang berpidato Hatta diminta untuk berhenti, Hatta mengkritik sikat pemerintah yang menaruh kecurigaan besar terhadap rakyat dan karena hal ini Hatta diasingkan. Chalid Salim diasingkan karena mendirikan Saekat Rakyat dan ikut menjadi anggota dalam majalah proletar yang sudah terkenal merah pada saat itu. Chalid mengkritik salah satu majalah yang mengatakan bahwa para pemberontak PKI seharusnya dihukum mati, setelah itu Chalid dimintai keterangan oleh PID kemudian ditetapkan sebagai orang yang harus diasingkan ke Boven Digoel