Makna semantik kata khasimun dan derivasinya dalam Al-Qur'an

Islam adalah agama yang menuntun kebaikan bagi pemeluknya, namun pada kenyataanya islam juga menyebutkan ada keburukan yang dapat dilihat dalam kehidupan. Keburukan yang sering terjadi dan langsung digambarkan dalam kitab Al-Qur’an. misalnya pertengkaran atau perseteruan antara Habil dan Qabil, Nabi Nuh dan kaumnya, Nabi Musa dan Fir’aun, begitu pula antara kaum muslim dan Qurais. Dalam Al-Qur’an pertengkaran dan perdebatan direpresentasikan dengan kata khaṣīmun banyak ditemukan dengan bermacam derivasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik yang merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji makna suatu bahasa. Penelitian skripsi ini menggunakan teori semantik Toshihiko Izutsu karena teorinya dianggap sudah mapan dan mumpuni sehingga dapat diterapkan di dalam Al-Qur’an. Dalam teorinya, untuk sampai pada weltanschauung tersebut harus adanya dua kategori penting yakni makna dasar dan makna relasional. Dengan begitu, skripsi ini berusaha mencari serta menelusuri makna dasar kata Khaṣīmun, kemudian makna relasionalnya dalam ayat-ayat Al-Qur’an melalui penelitian medan semantiknya. Penelitian ini bersifat kualitatif yakni dengan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) tentunya dengan merujuk pada sumber primer dan sekunder. Kemudian data-data yang sudah terkumpul dari bermacam sumber tersebut ditelaah dan diseleksi yang kemudian tahap selanjutnya adalah direlasikan dan diinterpretasikan sesuai dengan konteks yang dibahas. Setelah itu data dianalisa dengan metode content analysis. Berdasarkan data yang sudah didapatkan ditemukan bahwa kata khaṣīmun dan berbagai derivasinya dalam Al-Qur’an ditemukan sebanyak 18 kali dalam 12 bentuk kata yang tersebar dalam 12 surat.Makna dasar kata khaṣīmun dalam Al-Qur’an mempunyai dua makna yaitu pertama: perseteruan atau pertengkaran kedua adalah ujung dari satu tempat. Sedangkan makna relasionalnya didapatkan ketika bersandingan dengan medan semantiknya di antaranya adalah : Allah, An-Nas, Al-Insan, Al-Haq, An-Nar, Mubiin, Qala, Ladayya, An-Naba’,dan Khalaqa. Ditemukan konsep kata khaṣīmun dalam Al-Qur’an yakni bentuk pertengkaran atau perdebatan yang terjadi dengan mempermasalahkan suatu objek dimana, masing-masing pihak mendebat lawan bicaranya dengan menggunakan berbagai argumen yang tujuannya untuk mengalahkan pihak lawan. Jika dianlisis menggunakan pendekatan semantik hasilnya adalah kata khaṣīmun dalam Al-Qur’an hanya berkenan dengan perdebatan dan perselisihan masalah yang berkenaan dengan masalah agama saja seperti keyakinan, kebenaran, kedzaliman dan kemunafikan