Dakhîl al-Naqlî dalam kitab al-Durr al-Manṡūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr karya al-Suyûṭî ;Analisis Tentang Kisah Nabi Dawud a.s.

Dalam menafsirkan Alquran, seorang mufasir seringkali tertahan oleh pra-pemahaman dan latar belakang keilmuan serta ideologinya. Sehingga ia tidak mampu menafsirkan Alquran secara objektif. Kondisi tersebut semakin perlu mendapatkan perhatian ketika di dalam kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ilmuwan tafsir terdapat beberapa sumber penafsiran yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, misalnya riwayat isrâ’iliyyât, hadis palsu, dan perkataan orang-orang terdahulu yang tidak bisa dijelaskan latar belakangnya. Inilah yang dikenal dengan istilah al-dakhîl fî al-tafsîr (infiltrasi penafsiran). Dari latar belakang yang telah diuraikan secara singkat di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa saja bentuk-bentuk dakhîl al-naqli pada penafsiran kisah Nabi Dawud a.s. dalam kitab al-Durr al-Manṡūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr karya Jalâl al-dîn al-Suyûṭî? Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk-bentuk dakhîl al-naqli pada penafsiran kisah Nabi Dawud a.s. dalam kitab al-Durr al-Manṡūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr karya Jalâl al-dîn al-Suyûṭî. Selain itu, di dalam penelitian ini juga akan dijelaskan mengenai penyebab-penyebabnya. Jenis penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan menggunakan teknik analisis data berupa content analysis (analisis isi). Untuk mendapatkan data yang diperlukan, langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi ayat-ayat Alquran yang mengisahkan tentang Nabi Dawud a.s. (2) Memaparkan penafsiran ayat-ayat yang telah diidentifikasi dalam kitab al-Durr al-Manṡūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr karya Jalâl al-dîn al-Suyûṭi. (3) Menganalisa kualitas penafsiran tersebut. (4) Mengaitkan analisis yang diperoleh oleh peneliti dengan teori dakhîl al-naqlî yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Ibrahim Abdurrahman Khalifah dalam bukunya yang berjudul al-Dakhîl fî al-Tafsîr. (6) Menyimpulkan data yang telah diperoleh oleh peneliti. Data yang terkumpul memparkan bahwa terdapat beberapa bentuk dakhîl al-naqlî dari riwayat-riwayat yang digunakan oleh al-Suyûti untuk menafsirkaan ayat-ayat tentang kisah Nabi Dawud a.s. dalam kitab al-Durr al-Manṡūr fī al-Tafsīr bi al-Ma’ṡūr. Dakhîl al-naql tersebut ditemukan di dua tempat, yaitu QS.al-Baqarah [2]: 251 dan QS. Ṣad [38]: 21-25. Dakhîl al-naqlî pada QS.al-Baqarah [2]: 251 disebakan oleh sanadnya yang daif dan redaksi riwayatnya yang mengandung perkara yang haq dan batil, serta kebohongan dan kebenaran. Sedangakan Dakhîl al-naqlî pada QS. Ṣad [38]: 21-25 disebabkan oleh sanadnya yang daif dan redaksi riwayat yang dipakai dalam penafsiran tersebut kontradiktif dengan Alquran dan hadis sahih serta isrâ’iliyyât tersebut tidak sesuai dengan Alquran dan hadis sahih