Peran koperasi konsumsi pondok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat: Studi kasus di koperasi pondok pesantren Raudlatul Hasanah Medan

Koperasi konsumsi pondok pesantren dikategorikan sebagai koperasi penjualan karena adanya transaksi jual beli antara pihak pesantren dan para santi/watinya. Kerjasama masyarakat dan pesantren dalam penjualan adalah hasil produksi mereka yang dikumpulkan dan didagangkan dalam koperasi tersebut dengan sistem bagi hasil. Pondok Pesantren Raudlatul Hasanah merupakan salah satu pondok pesantren yang ada di Sumatra Utara ini memiliki ribuan santri tiap tahunnya karena pesantren tersebut dikenal dengan sistem pendidikan yang bagus dan kompeten. Berdirinya pesantren di tengah-tengah masyarakat ini sangat memberikan peluang bagi masyarakat sekitar melalui badan usaha yang dimiliki pesantren. Hal tersebut dapat penjadi solusi dalam meretas kemiskinan masyarakat sekitar dan upaya menuju masyarakat yang makmur dan sejahtera, paling tidak dapat membantu pengangguran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran koperasi konsumsi pondok pesantren dalam upaya pemberdayaan masyarakat serta mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kinerjanya. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif deskriktif berupa kata-kata tertulis dari subjek yang diamati. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka yang berhubungan dengan peran koperasi konsumsi podok pesantren dalam pemberdayaan masyarakat. indikator pemberdayaan adalah akses, kontrol, partisispasi, dan kesetaraan. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui pencapaian koperasi konsumsi pondok pesantren Raudlatul Hasanah dalam upaya mensejahterakan ekonomi masyarkat sekitarnya berupa, membuka lapangan pekerjaan, mensejahterakan ekonomi masyarakat desa dan mewujudkan taraf kehidupan masyarakat yang setara. Adapun faktor pendukungnya, yaitu: 1). Antusias para santri. 2). Partisipasi masyarakat. 3). Pembinaan. 4). Lokasi yang sangat stategis. 5). tersedianya tempat tinggal. Sedangkan faktor penghambatnya, yaitu: 1). Kehabisan bahan baku. 2). berkurangnya minat beli pelajar. 3). Terkendala dalam izin penjualan produksi keluar pesantren