Moeslim Abdurrahman dan gagasan teologi Islam transformatif tahun 1989-2012

Moeslim Abdurrahman menyaksikan sendiri betapa rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat golongan menengah ke bawah pada masa pembangunan, hal ini terjadi sebab modernisasi pada kenyataannya hanya bisa diakses oleh golongan menengah keatas. Menurutnya, pada saat itu agama hanya dimaknai sebagai sesuatu yang bersifat ritus dan peribadatan semata, lantas dimanakah letak pemaknaan agama sebagai kekuatan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat, dan bagaimana sejatinya cara beragama yang paling tepat?. Berangkat dari permasalahan di atas, maka pada penelitian kali ini dirumuskan masalah sebagai berikut : pertama, bagaimana riwayat hidup Moeslim Abdurrahman dan apa saja karya-karyanya? Kedua, bagaimana latar belakang kemunculan pemikiran Islam transformatif? Ketiga, bagaimana konsep pemikiran Islam transformatif?. Berdasarkan rumusan yang telah ditentukan, maka tujuan adanya penelitian ini untuk mengetahui riwayat hidup Moeslim Abdurrahman dan karya-karnya, mengetahui latar belakang kemunculan pemikiran Islam transformatif dan pemikiran Islam transformatif. Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian mengenai pemikiran Moeslim Abdurrahman ini adalah metode penelitian sejarah yang terbagi dalam empat tahapan. Tahapan pertama adalah heuristik, tahap kedua adalah kritik, tahap ketiga adalah interpretasi, dan tahap terakhir adalah historiografi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pemikiran Islam transformatif ini lahir pada masa orde baru sebagai reaksi atas proses modernisasi melalui rangkaian proses pembangunan khususnya pada bidang ekonomi pada masa ini yang pada nyatanya hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu saja, salah satunya kelas sosial menengah ke atas, namun tidak bagi masyarakat kelas sosial bawah. Menurut Moeslim Abdurrahman agama harus hadir dalam ranah sosial dan mampu menjembatani kesenjangan yang terjadi antara dua kelas ini. Karakteristik pemikiran Islam transformatif lebih ditekankan pada aspek praksis, hal ini dapat terlihat dari agenda utamanya yaitu menegakan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan, serta pembebasan kaum-kaum marginal, sehingga dapat terciptanya tatanan masyarakat yang mendekati ideal. Dengan ini, maka Islam sebagai rahmatan lil‟aalamin dapat terwujud dalam konteks kehidupan sosial