Pemahaman kisah Nabi Luth dan Kaum Sodom dengan pendekatan Hermeneutika Hans George Gadamer

Laki-laki berpasangan dengan perempuan merupakan bagian dari fitrah manusia. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan supaya mereka mengingat kebesaran-Nya (QS. adz-Dzariyat ayat 49). Sebagai makhluk biologis, manusia mempunyai beberapa kebutuhan di antaranya ialah kebutuhan seksual. Berhubungan seksual bukanlah perbuatan dosa selama penyaluran hasrat seksualnya dilakukan melalui ikatan yang sah yaitu pernikahan. Ketertarikan antara laki-laki dan perempuan, keinginan untuk berpasangan dan mempunyai keturuan dari keduanya merupakan suatu ketetapan Allah pada manusia. Tetapi pada kenyataannya sekarang ini tidak semua orang tertarik kepada lawan jenis karena sebagian ada yang tertarik kepada sesama jenis atau disebut ‘homoseksual’. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia pertama yang melakukan perbuatan homoseksual adalah kaum Nabi Luts as. Karena melihat dari maraknya fenomena homoseksual di zaman sekarang pada penelitian ini penulis mencoba memahami fenomena tersebut dari kisah Nabi Luth dan kaumnya dengan pendekatan hermeneutika menggunakan teorinya Hans George Gadamer. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana jika pendekatan hermeneutik digunakan dalam memahami suatu kisah dalam Al-Qur’an lalu bagaimana hasil penafsiran ayat-ayat mengenai Nabi Luth dan Kaum Sodom dengan menggunakan teori hermeneutika Gadamer dan untuk mengetahui pesan moral dari kisah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yaitu sebuah metode yang menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis dalam bidang yang diteliti secara faktual dan cermat dengan menggunakan pendekatan teori hermeneutika Hans George Gadamer. Hasil daripada penelitian ini menunjukan dengan melihat kisah kaum Luth dan pada masa Rasulullah Saw. indikator seorang berbuat homoseksual ialah berpakaian dan berpenampilan menyerupai lawan jenis. Adapun di zaman sekarang selain dari penampilan juga dapat dilihat dari sisi lingkungan yang mencakup pergaulan dan circle pertemanan. Pesan moralnya adalah untuk bisa menghindari hal-hal tersebut sebaiknya bagi kalangan laki-laki maupun perempuan hendaknya memakai pakaian sesuai dengan apa yang dikhususkan padanya dan pakaian yang dapat menutup auratnya masing-masing. Menghindari penampilan-penampilan yang menjerumus menyerupai lawan jenis. Harus lebih selektif dalam memilih lingkungan pertemanan yang sekiranya dapat membawa ke hal-hal yang lebih positif. Pentingnya sexual education dikenalkan pada anak sejak usia dini supaya mereka mengerti perbedaan gender dan mengetahui batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan dan tidak melakukan penyimpangan