Integrasi masyarakat melalui tradisi rasulan : Studi kasus di Dusun Weru Kelurahan Banjarejo Kabupaten Gunungkidul

Tradisi rasulan yang diteliti kali ini merupakan sebuah wujud dari ciri khas masyarakat Dusun Weru Kelurahan Banjarejo Kabupaten Gunungkidul sebagai suatu budaya yang dimiliki masyarakat. Terkait dengan tradisi ini, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi bahan dari diangkatnya pembahasan permasalahan yang terjadi. Berbicara mengenai salah satu nilai masyarakat, integrasi telah menjadi nilai yang begitu melekat dengan masyarakat. Sehingga tujuan dari dikajinya penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana kondisi intergasi masyarakat di Dusun Weru melalui budaya yan telah diketahui sebelumnya yaitu tradisi rasulan. Bagaimana tradisi rasulan mengikat masyarakat melalui tradisi. Melalui metode deskrptif kualitatif, masyarakat diteliti dengan penggambaran kondisi yang sebenarnya di lapangan dengan penjabaran pun penafsiran terkait dengan permasalahan yang dikaji. Besertakan dengan perangkat penelitian berupa teknik wawancara dan observasi. Wawancara yang bernarasumber sesepuh Dusun Weru, Ketua RW dan beberapa masyarakat asli dusun melengkapi observasi yang dilakukan peneliti. Tidak terlepas dari landasan pengerjaan penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori paguyuban milik Ferdinand Tonnies dan teori konflik fungsional milik Lewis A. Coser sebagai dua teori utama. Teori paguyuban menjadi landasan dari bentuk integrasi masyarakat Dusun Weru, sedangkan teori konflik membahas permasalahan yang terjadi disekitaran tradisi rasulan dan secara lebih jauh menganalisis sisi positif yang ada dalam permasalahan. Memasuki bagian akhir, hasil dari penelitian ini adalah bentuk inetgrasi masyarakat Dusun Weru dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama tradisi rasulan berlangsung. Adapun faktor yang melingkupi integrasi masyarakat ini begitu terikat dengan permasalahan yang terjadi selama tradisi rasulan, faktor yang berbentuk konflik ini ditunjukkan melalui fenomena gagal panen yang memengaruhi penanggalan kegiatan tradisi rasulan. Diteruskan dengan permasalahan non-realistis dengan para penunggu (danyangan) yang mendasari adanya rasa toleransi masyarakat terhadap berbagai karma/kualat yang diterima jika tidak menghargai para penunggu (danyangan) ini, serta permasalahan lain dalam kegiatan pertandingan berupa sentimental warga atas kelompok yang dijagokannya selama pertandingan berlangsung. Faktor integrasi yang tercermin melalui konflik ini selanjutnya secara lebih merinci dibahas dalam penelitian ini dengan penggambaran tradisi rasulan masyarakat Dusun Weru Kelurahan Banjarejo Kabupaten Gunungkidul