Pembagian peran domestik dalam Al-Qur’an : Analisa penafsiran Faqihudin Abdul Kodir dalam Qiro’ah Mubadalah

Persoalan domestik seringkali melahirkan berbagai bentuk ketidakadilan gender terhadap perempuan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penafsiran Faqih tentang pembagian peran domestik dalam Alquran. Oleh karena itu, penelitian ini bertolak dari dua rumusan masalah, yaitu; Bagaimana konsep relasi gender dalam pandangan Faqih, Bagaimana penafsiran Faqih terhadap ayat-ayat yang mengisyaratkan pembagian peran domestik. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian pustaka (library research) dengan metode dokumentasi dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data, serta reduksi data sebagai teknik analisis data. Sumber primer penelitian ini yaitu karya Faqihudin Abdul Kodir yang berjudul Qiro’ah Mubadalah; Tafsir Progresif untuk Keadilan Gender Dalam Islam, serta sumber sekunder berupa buku-buku yang mengkaji tentang gender, diantaranya: Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Faqih, dan Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Alquran karya Nasarudin Umar. Penelitian ini diawali dengan uraian teori gender, seksualitas, dan tafsir feminis. Kemudian dilanjutkan dengan biografi Faqihudin Abdul Kodir, pandangannnya terkait konsep relasi gender serta penafsiran-penafsirannya terhadap ayat-ayat yang mengisyaratkan pembagian peran domestik. Diferensiasi peranan berdasarkan jenis kelamin dan alokasi ekonomi menempatkan perempuan pada peran domestik (reproduksi) dan laki-laki pada peran publik (produksi). Islam secara ideal-normatif tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan dan mendapatkan kebaikan. Namun, dalam konteks rumah tangga, perempuan tidak seberuntung laki-laki. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ayat-ayat yang mengisyaratkan pembagian peran domestik adalah An-Nisaa’ [4]: 19, 21, Al-Baqarah [2]: 187, 233, Ar-Ruum [30]: 21, Al-Maa’idah: 2. Keenam ayat tersebut menegaskan bahwa terdapat lima prinsip dalam pernikahan yang harus dimiliki dan dijaga oleh masing-masing pasangan, yaitu; mitsaqan ghalidza (saling menjaga komitmen yang kuat), azwaja (saling berpasangan), muasyarah bil ma’ruf (saling memperlakukan satu sama lain dengan baik), musyawarah (saling berembuk), dan taradhin min huma (saling memberikan kenyamanan satu sama lain). Melalui penafsiran Faqih terhadap ayat-ayat tersebut juga dapat diketahui bahwa konsep relasi gender yang ideal menurut Faqih adalah mubadalah, yaitu relasi yang bersifat resiprokal, kesalingan, kemitraan, dan kerja sama satu sama lain. Dalam konteks ini, peran domestik harus dibagi berdasarkan konsep kesalingan